Pintasan.co, Ungaran – Tradisi gerakan susuk wangan kembali dilaksanakan oleh warga di seluruh desa menjelang peringatan hari jadi ke-504 Kabupaten Semarang pada tahun 2025 ini.

Susuk wangan adalah wujud rasa syukur atas anugerah alam, khususnya sumber air, serta sebagai tindakan untuk menjaga kelestariannya.

Air dari mata air yang dianggap suci, yang disebut Tirta Perwitasari, akan diambil dan dikumpulkan di setiap desa.

Pengumpulan air dilakukan melalui prosesi kirab yang dimulai secara berurutan dari setiap kecamatan menuju Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang, Ungaran Timur untuk digunakan dalam ritual jamasan pusaka.

Salah satu kegiatan susuk wangan tersebut dilaksanakan di area sumber mata air Senjoyo, Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran pada hari Selasa (11/2/2025).

Camat Tengaran, Sri Sulistyorini, menyebutkan bahwa pelaksanaan susuk wangan di Desa Tegalwaton mencakup pengumpulan air dari 15 desa di kecamatan yang ia pimpin.

“Jadi ini tingkat kecamatan, air diambil dari tujuh sumber mata air di Senjoyo dan desa-desa lain. Kami juga akan menerima air dari Kecamatan Kaliwungu yang nantinya bersama-sama di-kirab menuju Kecamatan Pabelan, seterusnya hingga Pendopo Kabupaten Semarang,” kata Sri.

Dia juga menyampaikan bahwa kegiatan susuk wangan tidak hanya melibatkan pengambilan air, tetapi juga mencakup tindakan peduli untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Berbagai kegiatan dan prosesi yang dilaksanakan antara lain membersihkan sumber mata air, membersihkan sungai, melepas burung dara, menanam pohon, menebar benih ikan, dan lain-lain.

“Hal ini sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan hidup dan rasa terima kasih atas nikmat air yang sudah diberikan,” pungkas Sri. 

Sebagai informasi, tradisi susuk wangan juga telah dilaksanakan di beberapa desa lainnya di Kabupaten Semarang, salah satunya di Desa Beji, Kecamatan Tuntang pada hari Minggu (9/2/2025).

Baca Juga :  Titi DJ Fokus pada Kehidupan Pribadi, Tegaskan Tak Ingin Menikah Lagi