Pintasan.co, Yogyakarta Masjid Gede Mataram Kotagede memiliki keterkaitan erat dengan berdirinya Kerajaan Mataram Islam.

Masjid ini terletak di Banguntapan, Bantul, DIY, dan dibangun pada tahun 1587 oleh Kanjeng Panembahan Senopati Sutawijaya, raja pertama Mataram Islam, saat ia mendirikan kerajaan di kawasan Alas Mentaok atau Kotagede, Yogyakarta.

Mas Panewu Rekso Leksono (70), seorang Abdi Dalem Kamasjidan dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, menjelaskan bahwa Panembahan Senopati merupakan murid Kanjeng Sunan Kalijaga.

Sejarah Masjid Gede Mataram Kotagede

Pendirian Masjid Gede Mataram Kotagede saat itu juga berfungsi sebagai sarana syiar Islam, dengan fokus menyebarkan ajaran Islam di wilayah pedalaman Pulau Jawa bagian selatan.

Perjuangan Sunan Kalijaga dan Panembahan Senopati tidaklah mudah, karena wilayah Alas Mentaok awalnya dihuni oleh masyarakat yang menganut animisme, dinamisme, dan kepercayaan lokal.

Namun, tantangan tersebut tidak menghalangi Sunan Kalijaga dalam menjalankan syiar Islam.

Di awal masa dakwahnya, Sunan Kalijaga memanggil muridnya, Ki Juru Mertani, yang merupakan paman dari Kanjeng Panembahan Senopati Sutawijaya. Peran mereka berujung pada berdirinya Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1586.

Kerajaan lanjutnya, berpusat di Kampung Dalem. Alun-alun terletak di sebelah timur Masjid Gede Mataram, sedangkan pasar berada di sisi utara, yang kini dikenal sebagai Pasar Kotagede.

Filosofi ini mengandung pesan mendalam. Berdirinya Kerajaan Mataram Islam didasari pada aturan masjid dan kepemimpinan Imam Islam.

Alun-alun berfungsi sebagai pusat pengembangan seni dan budaya sekaligus tempat latihan militer. Selain itu, alun-alun juga menjadi lokasi pertemuan antara raja dan rakyatnya.

Sementara itu, pasar, menurut Warisman, berperan sebagai pusat perdagangan dan pengembangan ekonomi yang berlandaskan syariat Islam.

Keempat elemen ini masjid, alun-alun, kerajaan, dan pasar disatukan oleh Sunan Kalijaga dalam konsep Catur Gatra Tunggal.

Baca Juga :  Pentingnya Pemindahan Seluruh TPR Pantai Selatan, Begini Penjelasan Dispar Bantul

Keunikan Masjid Gede Mataram terletak pada perpaduan arsitektur bergaya Hindu, yang terlihat dari pagar dan gerbang yang mengelilingi kompleks masjid.

Desain dan struktur bangunannya mengadaptasi bentuk tempat ibadah Hindu, seperti pura.

Warisman menjelaskan bahwa perpaduan ini bermula ketika rombongan Ki Ageng Pamanahan, ayah Panembahan Senopati, dalam perjalanan dari Surakarta melewati kawasan Prambanan.

Di sana, mereka disambut oleh penduduk penganut Hindu dan Siwa-Buddha, yang kemudian tertarik untuk bergabung dengan rombongan menuju Alas Mentaok.

Setibanya di Alas Mentaok, rombongan mulai membuka lahan yang sebelumnya berupa hutan belantara. Dari sinilah kolaborasi antara umat Muslim, Hindu, dan Siwa-Buddha terjalin, termasuk dalam proses pembangunan Masjid Gede Mataram Kotagede.

Meskipun terdapat akulturasi, hal ini tidak memicu konflik. Justru, hal tersebut menunjukkan bahwa sikap saling menghargai sudah terwujud sejak era Mataram Islam.

Arsitektur hasil perpaduan budaya ini pun tetap lestari hingga saat ini.

Sunan Kalijaga, lanjutnya, menyampaikan pesan tersirat melalui keberagaman ini, bahwa dakwah agama tidak perlu dilakukan dengan paksaan. Sebaliknya,hadir dengan kedamaian dan merangkul semua golongan.