Pintasan.co, Malang – Guru besar Universitas Brawijaya (UB) Prof Sutiman Bambang Sumitro mengeluhkan banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur belum terserap di dalam dunia kerja. Bukan hanya itu saja, hasil riset juga tak tersentuh oleh industri.
“Permasalahan kita sekarang justru adalah pertama, banyaknya pengangguran di perguruan tinggi. Jadi pengangguran itu tidak di lulusan SD, SMP atau SMA, tapi malah banyak di perguruan tinggi,” kata Prof Sutiman Senin (6/1/2025).
Menurut Prof Sutiman, kondisi tersebut menunjukan bahwa Indonesia belum menjadi negara industri sesungguhnya.
Sehingga hubungan antara perguruan tinggi dengan industri belum berjalan maksimal.
“Nah industri sendiri karena kebanyakan adalah pemegang lisensi dari luar negeri. Sehingga, sebenarnya adalah kepanjangan tangan dari industri yang ada di luar negeri. Ini artinya iklim untuk suatu jalinan kerja ini belum bagus,” tegasnya.
Sutiman berharap, agar pemerintah Indonesia bisa memberi solusi seperti Tiongkok yang sedang gila-gilaan mengejar Amerika Serikat dalam bersaing merebut industri pasar dunia.
“Kita lihat Cina itu mengejar Amerika, di dalam perkembangan teknologi, sains terapannya, hal-hal yang tidak terjadi di bagian dunia yang lain diadakan. Nah ini hanya bisa dilakukan kalau ada sinergisme kerja yang bagus,” jelasnya.
Sutiman selama 40 tahun lebih sebagai akademisi memiliki persoalan yakni tidak semua produk riset yang telah dipatenkannya masuk dalam industri.
“Dipaten saja gitu, bahkan rasanya kayak dipateni dimatikan). Karena itu menjadi tumpukan ide yang tidak terimplementasikan,” katanya.
Prof Sutiman mengembangkan komunitas penelitian bernama Institut Molekul Indonesia yang bekerjasama dengan klub bernama Reverse Edging and Homestasis.
Reverse Edging dan Homestasis ini merupakan sebuah klub yang anggotanya memiliki masalah produktivitas individu atau kualitas hidup yang tidak bagus.
“Saya mengembangkan suatu teknik namanya nano bubbles yang berisi gas-gas yang sebetulnya normal ada di dalam tubuh manusia. Tetapi mengalami masalah ketika dia menjadi menua atau ada penyakit-penyakit degeneratif,” ujarnya.
Berdasarkan data nasional Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2024 menunjukkan bahwa lulusan pendidikan tinggi yakni sarjana hingga doktor ada 842.378 jiwa yang menganggur.