Pintasan.co, Solo – Dahulu, De Tjolomadoe dikenal dengan nama Pabrik Gula Colomadu. Pabrik ini didirikan pada tahun 1861 oleh Mangkunegara IV, keberadaan pabrik gula ini membuat Mangkunegaran menjadi salah satu istana terkaya di Jawa pada masa itu.
Sayangnya, pada akhir tahun 90-an, pabrik ini berhenti beroperasi dan terbengkalai selama 20 tahun. Namun, pada tahun 2017, pabrik ini direvitalisasi dan dibuka sebagai destinasi wisata pada tahun 2018.
Saat ini, De Tjolomadoe telah menjadi tempat wisata edukatif yang menawarkan berbagai hal menarik. Di dalamnya terdapat ruang yang menyajikan berbagai arsip dan artefak terkait Pabrik Gula Colomadu, lengkap dengan informasi sejarah bangunan tersebut.
Bagian ini semakin menarik dengan adanya miniatur Pabrik Gula Colomadu yang menggambarkan kondisi pabrik di masa lalu, layar sinema yang memutar film dokumenter tentang sejarah bangunan, serta ruang dua dimensi yang sangat cocok untuk pengunjung milenial yang ingin berswafoto.
Setelah berkeliling, pengunjung dapat menikmati kopi di Besali Cafe, yang menawarkan pengalaman berbeda dengan suasana “jadoel” yang masih kental terasa.
Bahkan, ornamen akar beringin asli masih menghiasi dinding di dekat pintu masuknya.
Keunikan lain dari tempat ini adalah adanya bangunan di bagian belakang yang bernama Tjolomadoe Hall atau Concert Hall, serta Sarkara Hall, yang berfungsi sebagai aula multifungsi.
Kedua tempat ini sering digunakan untuk berbagai pertunjukan musik dan konser artis nasional.
Tempat wisata ini buka setiap hari Selasa hingga Minggu, mulai pukul 10.00-17.00 WIB. Pengunjung dapat menikmati area kompleks Tjolomadoe tanpa perlu membayar tiket.
Namun, untuk masuk ke museum, pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp35.000 per orang.
Mengunjungi De Tjolomadoe merupakan pengalaman yang menyenangkan. Selain dapat mempelajari sejarah pabrik gula dari masa lalu, pengunjung juga bisa mengambil banyak foto karena tempat ini sangat Instagramable.
