Pintasan.co, Yogyakarta – Pemindahan pedagang dari kawasan Malioboro ke Teras Malioboro 2 kini menarik perhatian berbagai pihak.
Proses yang melibatkan ribuan pedagang ini diwarnai beragam dinamika, mulai dari harapan hingga tantangan dan kritik.
Siti, salah satu pedagang yang akan menempati lokasi baru tersebut, turut menyampaikan pandangannya.
“Peresmiannya sendiri saya belum tahu kapan, tapi barang dagangan sudah boleh dicicil masuk,” ujar Siti.
Ia menyatakan bahwa relokasi ini ditargetkan selesai pada pertengahan bulan, sehingga para pedagang di lokasi lama perlu segera mengosongkan tempat mereka.
Teras Malioboro 2, sebagai gedung baru, menyediakan fasilitas modern yang cukup mendukung kebutuhan para pedagang.
Siti mengungkapkan kekagumannya terhadap desain gedung tersebut.
“Kalau dari segi bangunan, memang bagus, estetik, dan sangat cocok buat foto-foto. Untuk penataannya juga sudah cukup oke,” katanya.
Namun, ia menyarankan para pedagang untuk menjalani proses ini terlebih dahulu sebelum memberikan kritik atau mengajukan protes.
“Menurut saya, sih, jangan langsung protes. Kita jalani dulu, nanti kalau ada kekurangan, bisa dievaluasi bersama,” tambahnya.
Gedung baru ini dilengkapi dengan pintu akses langsung dari Malioboro, yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan pembeli.
“Ada pintu dari Malioboro langsung, ini pasti menguntungkan pedagang. Tapi jujur, aku merasa aksesnya agak kurang lebar,” ujar Siti membagikan pendapatnya.
Siti mengungkapkan bahwa lapak di Teras Malioboro 2 berukuran 100×120 cm, yang sedikit lebih kecil dibandingkan lapak sebelumnya.
“Sebetulnya nggak terlalu masalah, tapi beberapa pedagang bilang, ukuran yang lebih kecil ini bikin penataan jadi agak sulit, apalagi dengan adanya lemari,” ungkapnya
Lemari berukuran 100 x 70 cm yang disediakan memang membantu menyimpan barang dagangan, namun keberadaannya justru memakan ruang di lapak.
“Kalau nggak ada lemari, mungkin terasa lebih lega. Tapi kan lemari ini sudah jadi kebutuhan, dan memang bagian dari fasilitas yang diberikan pemerintah,” jelas Siti.
Ia juga menyampaikan bahwa para pedagang masih dapat menata ulang barang dagangan mereka sesuai dengan kebijakan yang nantinya akan dievaluasi.
“Kita kan belum mencoba sepenuhnya. Nanti, satu atau dua bulan setelah berjalan, pasti ada evaluasi dari pemerintah. Pedagang juga bisa memberi masukan,” katanya.
Sebagai pedagang yang memulai usahanya sejak 2005, Siti menyadari bahwa perubahan ini bukan hal yang mudah.
Bisnis yang ia bangun bersama suaminya sejak awal kini harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
“Saya sudah lama berdagang di sini, melanjutkan usaha mertua yang dulu dagang batik. Sekarang, saya pribadi dagang kaos. Di tempat baru ini, tetap akan jualan batik dan kaos,” ungkapnya.
Ia berharap relokasi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama para pedagang yang mengandalkan kawasan Malioboro untuk mencari nafkah.
“Saya sih bersyukur saja, yang penting kita jalanin dulu. Kalau ada kesulitan, kita bicarakan baik-baik dengan pemerintah. Kan, ini semua juga untuk kebaikan kita bersama,” tutupnya.