Pintasan.co, Jakarta – Di era digital yang semakin berkembang, isu mengenai relevansi televisi tradisional menjadi semakin penting untuk dibahas.
Layanan streaming menawarkan fleksibilitas terkait waktu dan pilihan konten, yang mendorong banyak orang beralih dari televisi konvensional.
Meskipun demikian, televisi tetap memiliki posisi penting, khususnya dalam hal program siaran langsung seperti berita, olahraga, dan acara nasional yang sering menjadi momen kolektif.
Mengenai televisi, barang ini tentunya sudah sangat familiar bagi banyak orang. Sejak masa kanak-kanak hingga dewasa, televisi terus menghadirkan tontonan yang menarik dan bermanfaat.
Di era digital yang serba cepat ini, televisi dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi agar tetap relevan dan tidak kalah saing, karena akses informasi kini menjadi semakin mudah.
Seperti yang diungkapkan oleh Naratama Rukmananda, produser dan program director Voice of America, dalam diskusi “Televisi Indonesia Masa Kini Berorientasi Pada Pasar Versus Publik”, anak-anak muda di kota besar Amerika Serikat kini lebih memilih menonton televisi melalui gadget mereka.
Perubahan dalam cara mengakses tayangan televisi ini menyebabkan penurunan rating TV teresterial dan TV kabel di kota-kota besar seperti Miami dan New York.
Rating yang sebelumnya menjadi indikator utama dalam industri televisi kini tidak lagi menjadi patokan, mengingat generasi muda, khususnya milenial, cenderung tidak bergantung pada televisi untuk mendapatkan informasi.
Dengan adanya gadget, perbedaan antara TV kabel, TV lokal, dan TV teresterial menjadi kabur, karena semua konten tersebut dapat diakses melalui perangkat genggam.
Pergeseran tren media ini menyebabkan kantor Al Jazeera di Amerika Serikat tutup dan beralih ke ranah digital, yang ternyata lebih sukses.
Mereka lebih banyak mendapatkan perhatian dengan ulasan berita singkat berdurasi satu menit daripada berita panjang.
Di Indonesia, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan jumlah penonton televisi dari 93,21% pada 2018 menjadi 89,96% pada 2021, mencerminkan penurunan signifikan dalam tiga tahun.
Televisi di Indonesia sering mengandalkan produksi internal untuk konten kreatif selain berita. Namun, bergantung pada tenaga kreatif internal dapat menyebabkan kejenuhan, yang berdampak pada kualitas konten.
Menurut Harsiwi Achmad, Direktur Program dan Produksi SCTV dan Indosiar, kualitas konten lebih bergantung pada kualitas sumber daya manusia, bukan apakah itu diproduksi secara internal atau eksternal.
Televisi tetap mempertahankan relevansinya sebagai media iklan yang efektif. Iklan yang disiarkan melalui TV sering kali memiliki cakupan yang luas, khususnya di kalangan pemirsa yang lebih tua atau di wilayah pedesaan.
Banyak merek besar yang masih mengandalkan televisi untuk kampanye iklan mereka, karena TV mampu menjangkau demografi yang lebih luas dibandingkan dengan platform streaming yang cenderung lebih tersegmentasi.
Penulis: Umi Hanifah (Content Writer Pintasan.co)