Pintasan.co, Makassar – Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri 2025, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) melalui Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) untuk membahas pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) pada Selasa, 25 Februari 2025, di Kantor Dinas Ketapang Sulsel.

Gerakan Pangan Murah ini merupakan langkah strategis dari Pemprov Sulsel untuk mendukung visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, terutama dalam mencapai ketahanan pangan nasional.

Tujuan dari GPM adalah untuk menyediakan bahan pangan dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat, serta memastikan stabilitas pasokan dan harga pangan menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri.

Selain itu, program ini juga menjadi upaya dalam mengendalikan inflasi di Sulsel.

Rakor tersebut melibatkan berbagai pihak terkait, mulai dari instansi pemerintah, pelaku usaha, hingga distributor bahan pangan.

Fokus dari rapat ini adalah untuk merancang langkah-langkah strategis agar distribusi pangan dapat berjalan lancar dan harga tetap stabil, terutama dengan adanya lonjakan permintaan selama bulan puasa dan Idul Fitri.

GPM sendiri direncanakan akan diselenggarakan pada 27-28 Februari 2025 di pelataran Kantor Dinas Ketapang Sulsel, Jalan Ir. Ratulangi.

Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Ketapang Sulsel, Andi Muhammad Arsjad, mengingatkan pentingnya peran setiap pihak, baik pemerintah, mitra pemerintah, maupun penyedia bahan pangan, dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan menjelang HBKN.

Lonjakan harga pangan selama Ramadhan

Arsjad menyebutkan bahwa berdasarkan pengalaman sebelumnya, lonjakan permintaan selama Ramadan biasanya diikuti dengan kenaikan harga pangan.

Terlebih lagi, kebijakan kenaikan harga gabah baru-baru ini berpotensi mempengaruhi harga komoditas lainnya.

Arsjad juga mengungkapkan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi di Sulsel mengalami kenaikan tipis, yaitu sebesar 0,10 persen pada Januari 2025 dibandingkan dengan Januari 2024.

Baca Juga :  Kericuhan Pecah di Depan Hotel Claro, Massa Pendukung Pilgub Sulsel Saling Lempar Batu

Meskipun angka tersebut terbilang baik, Arsjad menegaskan bahwa tidak boleh cepat merasa puas, karena inflasi tersebut dipengaruhi oleh deflasi di sektor lain, seperti listrik, yang dipicu oleh kebijakan diskon listrik pemerintah.

Dengan berakhirnya kebijakan diskon listrik bulan depan dan kenaikan harga gabah, Arsjad memperingatkan bahwa harga pangan berpotensi mengalami perubahan.

Oleh karena itu, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mencermati situasi tersebut dan bekerja sama dalam mencari solusi.

“Kita harus menghadapi tantangan ini bersama-sama, karena kondisi ini tidak bisa dihadapi sendiri-sendiri,” tegasnya.

Di akhir pertemuan, Arsjad berharap masukan dan saran dari peserta rakor dapat membantu dalam menciptakan ketahanan pangan yang lebih baik di Sulsel.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah hadir dan berkontribusi dalam upaya menjaga stabilitas harga melalui Gerakan Pangan Murah ini. Semoga program ini bermanfaat bagi masyarakat dan bernilai ibadah,” tutupnya.