Pintasan.co, Bekasi – Dalam upaya meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak difabel, Calon Wali Kota Bekasi, Heri Koswara, menegaskan komitmennya untuk membangun Sekolah Luar Biasa (SLB) di setiap kecamatan di Kota Bekasi.
Pernyataan tersebut disampaikan saat Debat Pilkada Kota Bekasi yang digelar Jumat malam (22/11/2024), sebagai bagian dari visi pasangan Heri-Shoihin dalam memajukan pendidikan inklusif.
Namun, janji ambisius ini memicu pertanyaan tentang kesiapan implementasi dan keberlanjutan programnya.
Heri menyoroti tantangan yang dihadapi anak-anak difabel di sekolah umum, termasuk kasus perundungan yang masih marak terjadi.
Ia menilai bahwa meskipun sekolah inklusi telah dihadirkan sebagai upaya awal, fasilitas dan lingkungan yang tersedia belum mampu sepenuhnya mendukung kebutuhan khusus anak-anak difabel.
“Di sekolah inklusi banyak anak-anak difabel justru dibully oleh teman lainnya. Jadi mereka perlu sekolah khusus, karenanya Heri-Shoihin akan membangun SLB di setiap kecamatan ketika terpilih,” ujar Heri Koswara, Jumat (22/11/2024) malam.
Namun, kritik muncul terkait solusi tersebut, terutama karena membangun SLB di setiap kecamatan memerlukan sumber daya yang sangat besar, baik dari segi anggaran, tenaga pendidik, maupun fasilitas pendukung.
Masyarakat masih mempertanyakan janji ini
Banyak pihak mempertanyakan apakah janji ini realistis mengingat berbagai program pendidikan di masa lalu yang sering terhambat oleh masalah teknis dan birokrasi.
Heri meyakini bahwa keberadaan SLB akan menjadi solusi strategis untuk mendorong pengembangan potensi anak-anak difabel.
Dengan lingkungan yang lebih terfokus pada kebutuhan khusus, ia optimis bahwa anak-anak ini akan lebih mudah berkembang, baik dari sisi akademik maupun keterampilan.
Meski demikian, meningkatkan kualitas sekolah inklusi yang sudah ada mungkin lebih efisien dibanding membangun SLB baru di setiap kecamatan, mengingat upaya ini dapat mencakup lebih banyak siswa tanpa memerlukan infrastruktur baru yang mahal.
Ia juga menyoroti kekurangan sumber daya di sekolah umum, seperti tenaga pendidik dan fasilitas yang belum sepenuhnya mendukung anak-anak difabel.
Oleh karena itu, pembangunan SLB dianggap sebagai langkah konkret untuk menjawab kebutuhan pendidikan yang lebih ramah dan inklusif bagi penyandang disabilitas.
“Sumber daya kita kurang di sekolah-sekolah umum. Makanya kita butuh SLB, karena potensi mereka berkembang sangat luar biasa ketika mereka berada dalam lingkungan yang sama,” tambah Heri.
Meskipun gagasan ini menarik, keberhasilannya sangat bergantung pada bagaimana pasangan Heri-Shoihin akan memastikan keberlanjutan program dan mengatasi hambatan implementasi, termasuk mencari pendanaan dan tenaga pendidik berkualitas.
Kurangnya rencana terperinci yang disampaikan dalam debat, sehingga masyarakat masih bertanya-tanya tentang kesiapan nyata mereka untuk merealisasikan program ini.
Debat Pilkada Kota Bekasi pada malam itu menjadi ajang penting bagi para kandidat untuk memaparkan program unggulan mereka menjelang hari tenang.
Disiarkan oleh salah satu stasiun televisi nasional, debat ini sekaligus menutup rangkaian debat Pilkada Kota Bekasi tahun 2024.
Komitmen Heri-Shoihin untuk membangun SLB menjadi salah satu gagasan yang diharapkan mampu membawa perubahan signifikan bagi pendidikan anak-anak difabel di Kota Bekasi, meski tantangan besar masih harus diatasi.