Pintasan.co, Jakarta – Pemerintah Iran mengecam pernyataan pejabat Uni Eropa (UE) yang menyerukan penghentian konflik antara Iran dan Israel, namun tidak secara tegas mengecam Israel sebagai pihak yang memulai agresi.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menilai bahwa upaya de-eskalasi akan sia-sia jika komunitas internasional enggan mengecam Israel atas serangan dan kejahatan perangnya.
Dalam unggahan di platform X pada Selasa (17/6), Baqaei menanggapi pernyataan Perwakilan Tinggi UE untuk Urusan Luar Negeri dan Keamanan, Kaja Kallas, dengan mengatakan, “Berhentilah membela agresor.”
Sebelumnya, Kallas menyatakan bahwa para menteri UE sepakat Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir, dan menyebut pentingnya meredakan ketegangan.
Menanggapi hal itu, Baqaei menegaskan bahwa program nuklir Iran bersifat damai dan berada di bawah pengawasan ketat Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Ia mempertanyakan sikap Barat yang mengkhawatirkan program damai Iran, namun menutup mata terhadap kepemilikan senjata nuklir oleh Israel, yang justru menjadi penghalang utama upaya menciptakan kawasan bebas senjata nuklir di Timur Tengah.
Baqaei juga mengkritik Uni Eropa karena tidak mengutuk Israel sebagai pihak yang menyerang Iran pada 13 Juni, yang menyebabkan korban jiwa di kalangan warga sipil dan pejabat militer.
Ia menyebut bahwa sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, serta menyatakan bahwa serangan Israel menyasar rumah sakit, fasilitas pemadam kebakaran, dan kawasan permukiman – yang semuanya menurutnya merupakan kejahatan perang.
Saat mengunjungi korban luka di Teheran, Baqaei menegaskan bahwa Israel dan para pendukungnya harus bertanggung jawab atas agresi ini.
Ia menambahkan bahwa satu-satunya cara agar PBB dan komunitas internasional bisa membantu adalah dengan memaksa Israel menghentikan serangannya.