Pintasan.co, Jakarta – Jeju Air kembali menjadi sorotan setelah terlibat dalam dua insiden kecelakaan pesawat dalam waktu kurang dari 24 jam.
Pada Senin pagi, 30 Desember 2024, sekitar pukul 07.25 waktu Korea Selatan, pesawat Jeju Air rute 7C101 terpaksa kembali ke Bandara Gimpo setelah mengalami masalah pada roda pendaratannya.
Pesawat yang mengangkut 161 penumpang ini berhasil kembali dengan selamat setelah mengumumkan adanya kerusakan mekanis.
Namun, insiden tersebut hanya terjadi kurang dari satu hari setelah kecelakaan tragis yang menimpa penerbangan Jeju Air 2216 pada Minggu pagi, 29 Desember 2024.
Pesawat tersebut berusaha mendarat darurat di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, setelah menabrak burung, yang memicu peringatan ‘Mayday’ dari pilot.
Kecelakaan ini mengakibatkan 179 orang meninggal, sementara dua orang berhasil selamat.
Kementerian Perhubungan Korea Selatan mengonfirmasi bahwa menara pengawas mengirimkan peringatan tabrakan burung sebelum pesawat mengeluarkan sinyal darurat, dan pesawat berhasil melakukan pendaratan dalam waktu sekitar dua menit setelahnya. Kotak hitam pesawat ditemukan sebagian rusak, memperlambat investigasi lebih lanjut.
CEO Jeju Air, Kim I Bae, dalam konferensi pers mengungkapkan permintaan maaf mendalam atas kecelakaan ini dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.
Perusahaan juga berjanji memberikan dukungan penuh kepada keluarga korban melalui bantuan asuransi dan logistik.
Kecelakaan ini tercatat sebagai yang paling mematikan yang melibatkan maskapai Korea Selatan dalam hampir tiga dekade terakhir.