Pintasan.co, Yogyakarta – Kampung Gamelan secara administratif berada di Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta.
Wilayah ini merupakan bagian dari kawasan penyangga Sumbu Filosofi dan dulu menjadi tempat tinggal para abdi dalem gamel, yaitu mereka yang bertugas merawat kuda-kuda Keraton Yogyakarta.
Sebagai simbol sejarah tersebut, dibangunlah patung kuda dan seorang tokoh pada Monumen Perjuangan Gamel. Ketua Kampung Gamelan, Suharto, menjelaskan bahwa nama kampung ini berasal dari kata “Gamel”, yang berarti tapak kuda.
Kampung Gamelan dahulu menjadi tempat tinggal para abdi dalem yang bertugas merawat kuda-kuda kerajaan.
Sebagai bagian dari kawasan penyangga Sumbu Filosofi, Kampung Gamelan memiliki banyak bangunan cagar budaya (BCB). Beberapa peninggalan sejarah dari masa lalu masih tetap ada hingga kini.
Monumen Perjuangan Gamel
Salah satu yang paling terkenal adalah bangunan di seberang Monumen Perjuangan Gamel, yang dulu dikenal oleh para pejuang Republik dengan nama Warung Sate Puas.
Pada dekade 1940-an, Monumen Gamel digunakan sebagai markas oleh HB IX dan dikenal sebagai warung sate yang menghadap ke barat.
Posisi tersebut memiliki makna simbolis, karena di bawah meja warung banyak disembunyikan senjata untuk menghadapi musuh.
Di seberang monumen, terdapat sebuah tempat yang menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Yogyakarta dan Keraton Yogyakarta dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Bangunan yang kini direvitalisasi oleh Dinas Kebudayaan DIY dulunya merupakan halaman rumah milik Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Danudipuro seorang Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang memiliki nilai sejarah yang mendalam.
Pendopo atau bangunan tersebut awalnya hampir dijual oleh pemiliknya, namun akhirnya dibeli oleh Dinas Kebudayaan DIY dan ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB).
Pada masa perjuangan kemerdekaan, bangunan ini digunakan sebagai tempat berkumpul para pejuang untuk merencanakan strategi.
Untuk menghindari kecurigaan, di bagian samping belakang rumah yang menghadap jalan dibuka warung sate yang diberi nama Puas.
Revitalisasi dan rehabilitasi bangunan ini dilakukan pada tahun 2012.
Pekerjaan rehabilitasi mencakup bangunan pendapa, ndalem, gadri, gandhok tengen, gandhok kiwa, serta bangunan penunjang seperti kamar mandi, sumur, dan dapur.
Selain itu, pekerjaan juga dilakukan pada kamar mandi, sumur di bagian kanan depan, dan pagar keliling.