Pintasan.co, Kudus – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Kudus mengalami lonjakan signifikan dalam dua bulan terakhir, dengan empat pasien DBD meninggal dunia sepanjang tahun 2024.

Kondisi ini menjadi perhatian bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk segera mengambil langkah antisipasi agar kejadian serupa tidak terulang.

Salah satu upaya yang diperlukan adalah pencegahan dan penanganan kasus DBD secara lebih intensif.

Bupati Kudus terpilih, Samani Intakoris menjelaskan bahwa musim penghujan saat ini berkontribusi pada peningkatan perkembangan nyamuk, yang pada gilirannya meningkatkan risiko masyarakat terjangkit DBD.

Ia menyebutkan bahwa kasus DBD di Kabupaten Kudus masih cukup tinggi sejak November 2024 hingga pekan kedua Januari 2025, yang berujung pada empat kematian pasien.

Sebagai bupati terpilih, Samani menegaskan pentingnya pencegahan yang lebih intensif yang melibatkan Dinas Kesehatan, kepala desa, RT, RW, serta masyarakat secara umum, untuk mendukung pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya deteksi dini di mana masyarakat yang merasakan gejala sakit harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat baik puskesmas maupun klinik pratama.

“Kasus orang sakit saat ini meningkat, bisa dilihat di IGD rumah sakit daerah. Termasuk kasus DBD yang menyerang kebanyakan anak-anak. Ini jadi perhatian bersama, termasuk manajemen RSUD dr. Loekmono Hadi agar berkonsultasi dengam Dinas Kesehatan,” ucapnya.

Direktur RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, dr. Abdul Hakam, menyampaikan bahwa jumlah pasien DBD yang dirawat di RSUD Kudus mengalami peningkatan sejak November 2024 hingga awal Januari 2025, dengan total sekitar 400 kasus.

Puncak Tertinggi Kasus DBD di Kabupaten Kudus

Puncak tertinggi terjadi pada pertengahan Desember, yaitu 209 kasus yang dirawat.

Baca Juga :  DPRD Kudus Ingatkan soal Maraknya Tempat Karaoke dan Hiburan Malam saat Libur Tahun Baru 2025

Pihaknya berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada semua pasien di RSUD dr. Loekmono Hadi, termasuk pasien DBD.

“Kalau lonjakan kasus DBD sudah terjadi sejak November, puncaknya Desember. Awal Januari ini semoga tidak meningkat,” ujarnya. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, dr. Andini Ari Dewi mengungkapkan bahwa hingga pekan kedua Januari 2025 tercatat 284 kasus DBD di Kabupaten Kudus.

Kasus-kasus tersebut tersebar di berbagai fasilitas kesehatan, seperti RSUD dr. Loekmono Hadi, RS Mardi Rahayu, RSI Sunan Kudus, RS Nurussyifa, RS Aisyiyah, RS Sarkies Aisyiyah, RS Kumala Siswi, RS Kartika Husada, dan Puskesmas Mejobo.

Menurutnya, sepanjang tahun 2024, ada empat kasus kematian akibat DBD yang sebagian besar melibatkan pasien anak-anak.

Dr. Andini berharap kasus DBD pada bulan Januari ini dapat ditekan serta tidak ada korban jiwa akibat penyakit tersebut.

Tentu saja hal ini memerlukan komitmen dan partisipasi aktif dari masyarakat dalam menjaga kebersihan dan menciptakan lingkungan yang sehat.

“Untuk pencegahan paling efektif adalah PSN, yaitu pemberantasan sarang nyamuk. Ini bisa dilakukan oleh individu, keluarga atau kelompok, bisa juga dilakukan secara serentak melalui kerja bakti,” tuturnya.