Pintasan co, Jakarta – Dalam satu dekade terakhir, kepemimpinan Presiden Joko Widodo telah membawa Indonesia ke titik penting dalam sejarah diplomasi dan peran globalnya. Era pemerintahan Jokowi tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur dalam negeri yang masif, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai aktor kunci di pentas dunia.

Salah satu capaian terbesar adalah ketika Indonesia mengambil alih keketuaan G20 pada 2022, di tengah masa sulit akibat dampak pandemi COVID-19 yang masih terasa dan konflik global seperti perang Rusia-Ukraina yang memecah dunia.

Indonesia sebagai presidensi G20 menghadapi tantangan besar. Di satu sisi, dunia belum sepenuhnya pulih dari krisis ekonomi global yang disebabkan pandemi.

Di sisi lain, ketegangan geopolitik yang dipicu oleh perang di Ukraina menambah rumit situasi, dengan negara-negara anggota G20 terbagi dalam blok-blok dukungan yang saling berseberangan.

Amerika Serikat dan negara-negara Eropa mendukung Ukraina, sementara China dan beberapa negara lain secara historis memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Rusia.

Di tengah polarisasi tersebut, Indonesia dihadapkan pada tugas sulit untuk menjaga soliditas forum G20, yang merupakan salah satu wadah terpenting dalam pengambilan keputusan ekonomi dunia.

Namun, di balik tantangan tersebut, Indonesia berhasil memainkan perannya dengan baik. KTT G20 di Bali tahun 2022 berakhir dengan sukses besar, menghasilkan G20 Bali Leaders’ Declaration, sebuah dokumen yang terdiri dari 52 paragraf yang mencakup berbagai isu strategis global, dari penanganan pandemi hingga perubahan iklim.

Salah satu isu paling krusial dalam penyusunan deklarasi tersebut adalah sikap terhadap perang di Ukraina. Diskusi mengenai hal ini berlangsung sangat alot, namun pada akhirnya, para pemimpin G20 sepakat untuk mengutuk perang tersebut sebagai pelanggaran terhadap integritas teritorial suatu negara.

Ini menunjukkan kemampuan Indonesia untuk memfasilitasi dialog dan menemukan titik temu di antara negara-negara yang berbeda pandangan.

Di luar aspek diplomatik, hasil konkret dari KTT G20 di Bali juga menjadi sorotan. Indonesia berhasil membentuk pandemic fund dengan dana sebesar USD1,5 miliar yang bertujuan untuk mencegah dan menangani krisis kesehatan global di masa depan.

Selain itu, dibentuk juga resilient and sustainability trust di bawah Dana Moneter Internasional (IMF) senilai USD81,6 miliar yang akan digunakan untuk membantu negara-negara yang menghadapi krisis.

Untuk Indonesia sendiri, kesepakatan yang paling signifikan adalah komitmen senilai USD20 miliar melalui Just Energy Transition Programme untuk mempercepat transisi energi bersih di tanah air. Ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah yang sukses, tetapi juga mendapat manfaat nyata dari forum tersebut.

Keberhasilan ini mendapat pengakuan internasional. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memuji kepemimpinan Indonesia di G20 sebagai salah satu yang paling sukses, meskipun berada dalam situasi yang sangat sulit. Pujian ini juga mencerminkan pengakuan dunia terhadap peran penting Indonesia di forum global.

Di dalam negeri, publik juga merasakan kebanggaan yang sama. Yayuk Sukarelawati, seorang sarjana Hubungan Internasional, menyebut KTT G20 di Bali sebagai pencapaian besar bagi Indonesia.

Baca Juga :  Mengupas Dosa Jokowi: Kritik Mendalam terhadap Pemerintahan Dua Periode

Menurutnya, forum ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan lagi sekadar peserta, tetapi telah menjadi penggerak penting dalam perekonomian dunia. Yayuk berharap agar pencapaian ini menjadi landasan bagi kebijakan luar negeri Indonesia ke depan, di mana Indonesia dapat terus memainkan peran signifikan di tengah tantangan geopolitik yang kompleks.

Selain sukses dalam diplomasi dan pencapaian ekonomi, kepemimpinan Jokowi di G20 juga mencerminkan komitmen kuat Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang.

Di tengah dominasi negara-negara maju dalam pengambilan keputusan global, Indonesia kerap menjadi juru bicara bagi negara-negara Global South. Jokowi sering menekankan pentingnya memberikan ruang lebih besar bagi negara-negara berkembang untuk terlibat dalam ekonomi global.

Saat menghadiri KTT G7 di Jepang pada Mei 2023, misalnya, Jokowi mendesak negara-negara maju untuk menghentikan kebijakan monopoli yang merugikan negara-negara berkembang, termasuk diskriminasi terhadap komoditas dari negara-negara tersebut.

Jokowi juga tidak segan mengkritik ketidakadilan global yang masih berlangsung. Dalam forum-forum internasional, ia sering menyuarakan keprihatinannya terhadap praktik-praktik ekonomi yang tidak adil, di mana negara-negara kaya sumber daya alam seperti Indonesia dihalangi untuk menikmati nilai tambah dari sumber daya tersebut.

Sebagai contoh, Jokowi mengkritik kebijakan negara-negara maju yang menghalangi Indonesia untuk mengolah sumber daya alamnya di dalam negeri.

Baginya, dunia sudah tidak berada di era kolonialisme, dan negara-negara berkembang berhak untuk menikmati hasil dari sumber daya alam yang mereka miliki.

Komitmen Jokowi untuk memperjuangkan kepentingan negara berkembang juga terlihat dalam upayanya membangun solidaritas dengan negara-negara di Afrika.

Dalam lawatannya ke Tanzania pada Agustus 2023, Jokowi kembali menekankan pentingnya suara negara-negara Global South dalam percaturan global. Ia mengingatkan bahwa negara-negara ini, yang terdiri dari 85 persen populasi dunia, harus mendapat perhatian lebih dalam pembangunan global.

Indonesia, kata Jokowi, berkomitmen untuk menjadi bridge builder, jembatan yang menghubungkan negara maju dan berkembang dalam rangka mencapai kesetaraan dan keadilan global.

Di sisi lain, Indonesia juga terus memainkan peran aktif dalam mendukung perdamaian global. Salah satu yang paling menonjol adalah komitmen Indonesia dalam mendukung perjuangan Palestina.

Di tengah konflik yang terus berlangsung antara Israel dan Palestina, Indonesia selalu berada di garis depan dalam menyerukan gencatan senjata dan solusi damai.

Selain dukungan diplomatik, Indonesia rutin mengirimkan bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan, makanan, dan peralatan medis ke wilayah-wilayah yang terdampak konflik di Palestina.

Perjalanan Indonesia selama 10 tahun pemerintahan Jokowi menunjukkan bagaimana negara ini berhasil meningkatkan perannya di kancah internasional.

Melalui diplomasi yang efektif, komitmen terhadap kepentingan negara-negara berkembang, serta perjuangan untuk keadilan dan perdamaian global, Indonesia telah menunjukkan bahwa ia bukan lagi pemain pinggiran, melainkan aktor penting yang diperhitungkan dalam percaturan global.

Ke depan, tantangan tentu masih akan terus berdatangan, namun kiprah Indonesia selama ini memberikan harapan bahwa negara ini akan terus memainkan peran strategis dalam membangun dunia yang lebih adil dan inklusif.