Pintasan.co, Bogor – Dalam debat publik pilkada putaran ketiga yang berlangsung di Kabupaten Bogor pada Sabtu malam, empat pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat menyampaikan komitmen mereka untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan. 

Komitmen ini diutarakan dengan berbagai pendekatan program yang bertujuan menjawab tantangan yang dihadapi masyarakat sektor agraris dan maritim di Jawa Barat. 

Namun, janji-janji yang diutarakan ini perlu dikritisi, mengingat banyak program serupa dalam pilkada sebelumnya yang hanya berhenti di tataran wacana.

Paslon Nomor Urut 1: Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina

Pasangan ini, yang mengusung slogan “Jabar Bahagia,” menyoroti kondisi petani dan nelayan di Jawa Barat yang menurut mereka berada dalam situasi memprihatinkan. 

Acep menekankan pentingnya pendekatan keadilan dan kesejahteraan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.

“Kami pasangan Jabar Bahagia memiliki komitmen untuk membangun sistem kewilayahan dalam bentuk pendekatan keadilan dan kesejahteraan. Jangan sampai terjadi manakala kekayaan alam yang ada di Indonesia menjadi milik para konglomerat,” kata Acep.

Namun, kritik muncul terkait dengan bagaimana sistem kewilayahan ini akan diwujudkan secara konkret. 

Tanpa penjelasan detail soal langkah-langkah implementasinya, komitmen ini berisiko menjadi jargon politik belaka.

Gitalis menambahkan, pasangan ini telah merancang program seperti pengembangan smart eco city di kawasan Bodebekpunjur (Bogor, Depok, Bekasi, Puncak, Cianjur) serta rehabilitasi kawasan Puncak sebagai lokasi konservasi dan ekowisata. 

Program di Bandung Raya juga menjadi prioritas, dengan fokus pada transportasi umum terintegrasi, hunian terjangkau, industri kreatif, dan restorasi Sungai Citarum. 

Namun, fokus pada kawasan-kawasan strategis ini menimbulkan pertanyaan: apakah daerah terpencil yang membutuhkan perhatian mendesak akan mendapatkan prioritas yang sama?

Paslon Nomor Urut 2: Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja

Pasangan ini menawarkan pendekatan langsung dengan memberikan insentif Rp1 juta per bulan kepada petani dan nelayan. 

Jeje dan Ronal menekankan pentingnya pembangunan berbasis desa untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat agraris dan maritim.

“Ini selaras dengan yang Bung Hatta pernah bilang bahwa Indonesia tidak akan bercahaya karena obor besar yang ada di Jakarta, tapi akan bercahaya karena lilin-lilin kecil yang ada di desa,” ungkap Ronal.

Meski ide insentif ini menarik, Apakah anggaran daerah mampu menanggung pemberian insentif semacam ini tanpa membebani keuangan daerah? 

Selain itu, pembangunan berbasis desa akan membutuhkan dukungan infrastruktur yang belum banyak dijelaskan dalam debat ini.

Baca Juga :  Sekjen DPP PDIP Akan Mendongkrak Elektabilitas Risma - Gus Hans

Jeje menambahkan rencana peningkatan kualitas pembangunan di Jabar selatan, termasuk menciptakan daerah otonomi baru. 

Namun, wacana pemekaran wilayah sering kali menuai kritik karena potensi pemborosan anggaran dan birokrasi yang justru bisa menghambat pemerataan pembangunan.

Paslon Nomor Urut 3: Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie

Pasangan ini berfokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan inovatif, dengan pendekatan spiritual dan teknologi. 

Menurut Ahmad Syaikhu, Jawa Barat adalah daerah yang subur, tetapi masyarakatnya sering terlena oleh kesuburan tersebut.

“Kita patut bersyukur bisa tinggal di Jawa Barat, bumi yang sangat subur, namun sering kali kesuburan ini membuat kita terlena. Di sini lah kita sering terjebak menyerahkan diri kita kepada bumi dan alam semesta,” ungkap Syaikhu.

Meski pandangan ini relevan, ada kekhawatiran bahwa pendekatan ini terlalu fokus pada konsep besar tanpa menyentuh isu-isu konkret di lapangan, seperti akses pasar dan alat produksi untuk petani. 

Janji pembangunan infrastruktur sampai ke desa-desa juga perlu dilengkapi dengan rencana anggaran yang transparan agar tidak sekadar menjadi retorika.

Paslon Nomor Urut 4: Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan

Pasangan ini menempatkan nilai budaya sebagai landasan dalam pembangunan Jawa Barat. Mereka menyoroti empat variabel utama: tata ruang berbasis kultur, pembangunan infrastruktur wilayah yang berkeadilan, dukungan bagi petani dan nelayan, serta perlindungan asuransi untuk masyarakat agraris dan maritim.

“Kemudian, melindungi mereka dengan asuransi kecelakaan, asuransi kematian, dan asuransi kesehatan,” ujar Dedi.

Namun, rencana asuransi ini menghadapi tantangan besar, terutama dalam pendataan dan eksekusi yang sering kali menjadi kendala dalam program serupa di masa lalu. Selain itu, visi untuk membangun birokrasi berbasis digital dan produksi memang progresif, tetapi membutuhkan reformasi mendasar yang belum dijelaskan secara rinci oleh pasangan ini.

Harapan dan Tantangan untuk Masa Depan Jawa Barat

Komitmen yang disampaikan keempat paslon ini memberikan harapan besar bagi masyarakat Jawa Barat, terutama petani dan nelayan yang menjadi ujung tombak ketahanan pangan. 

Namun, setiap rencana yang disampaikan harus diimbangi dengan strategi implementasi yang realistis dan transparan. 

Tanpa itu, komitmen ini berisiko menjadi bagian dari pola lama, di mana janji hanya menjadi bagian dari kampanye politik tanpa realisasi nyata.