Pintasan.co, Jakarta – Otoritas Korea Selatan telah mengakhiri operasi pencarian, pemulihan, dan penyelidikan terkait kecelakaan pesawat Jeju Air yang terjadi pada 29 Desember dan menewaskan 179 orang.
Menurut laporan harian Korea JoongAng pada Minggu (26/1), keluarga korban setuju untuk menghentikan penyelidikan setelah pihak berwenang mengungkapkan bahwa kecelakaan tersebut terkait dengan serangan burung.
Asosiasi keluarga korban juga memutuskan untuk menghentikan upaya pencarian sisa-sisa jenazah atau barang-barang milik korban.
Keputusan ini diumumkan setelah pertemuan kedua yang digelar di Bandara Internasional Muan, yang tetap ditutup hingga 18 April.
Sisa jenazah dan barang-barang korban yang belum teridentifikasi telah diserahkan ke Layanan Forensik Nasional untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Hasil penyelidikan menunjukkan adanya bulu dan noda darah burung teal Baikal yang bermigrasi pada kedua mesin pesawat.
“Kami sedang melakukan sinkronisasi dan menganalisis kotak hitam serta rekaman komunikasi kontrol berdasarkan zona waktu untuk memeriksa kondisi pengoperasian pesawat, pengaruh eksternal, dan segala kelainan pada pesawat atau mesin,” ujar seorang pejabat, sembari menambahkan bahwa analisis lebih mendalam masih diperlukan.
Pesawat Boeing 737-800 Jeju Air, yang mengangkut 181 orang termasuk enam awak, jatuh saat mendarat di Kabupaten Muan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul.
Kecelakaan tersebut terjadi pada pukul 9.07 pagi waktu setempat (07.07 WIB), menewaskan 179 orang, sementara dua pramugari berhasil selamat.
Insiden ini menjadi kecelakaan penerbangan paling mematikan di Korea Selatan yang melibatkan maskapai domestik sejak tragedi Korean Air di Guam pada 1997, yang menewaskan 225 orang.
Laporan mengungkapkan bahwa ketiga roda pendaratan pesawat tidak berfungsi dengan baik, dan pilot sempat melaporkan tabrakan dengan burung sebelum kecelakaan terjadi.
Seorang pejabat Kementerian Perhubungan mengonfirmasi laporan tersebut.
Selain itu, Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) menyebutkan bahwa rekaman pada perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit terhenti sekitar empat menit sebelum pesawat menghantam struktur penentu lokasi.