Pintasan.co, Sleman – Kepedulian terhadap sesama diwujudkan oleh Masjid Nurul Ashri yang berada di Deresan, Kalurahan Caturtunggal, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman. Selama enam bulan terakhir, masjid ini menjalankan program bantuan makan bagi warga yang mengalami kesulitan, baik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) maupun di luar daerah, bahkan hingga Sumatera dan Kalimantan.
Perwakilan Divisi Program Masjid Nurul Ashri, Sunyoto, mengungkapkan bahwa inisiatif ini berawal dari berita mengenai seorang pengemudi ojek yang dikabarkan meninggal karena kelaparan.
“Trigger yang kami kemudian menjalankan program itu yang Bapak Ojek diberitakan meninggal karena kelaparan, walaupun akhirnya kami mengklarifikasi ke tempatnya,” ungkapnya saat dihubungi pada Senin (10/11/2025).
Menurut Sunyoto, masih banyak masyarakat yang sebenarnya membutuhkan bantuan makanan, tetapi enggan terbuka karena rasa malu atau takut.
“Banyak yang orang itu butuh, tapi tidak membuka diri bahwa dirinya butuh bantuan. Jadi memendam kesulitannya sendiri, seperti itu. Walaupun risikonya ya jiwanya terancam,” ujarnya.
Program ini dirancang dengan mempertimbangkan privasi penerima manfaat agar mereka tetap merasa aman dan dihargai.
“Kami mencoba membuat bantuannya ini nggak ada kita harus ketemu dan segala macam. Bantuan ini sifatnya privasi, yang kita ambil (diposting) di IG itu ceritanya. Mulai data pribadi, nama alamat segala macam kami sensor semua dengan tujuan agar orang-orang yang mungkin butuh bantuan di saat daruratnya itu tetap berani menyampaikan kesulitannya,” jelas Sunyoto.
Bantuan yang diberikan pun menyesuaikan kebutuhan penerima, baik berupa makanan siap saji maupun bahan makanan mentah.
“Misalnya mahasiswa yang ditempat kosnya tidak ada alat masak atau tidak biasa masak, akan dikirimkan makanan jadi,” tuturnya.
Untuk bahan makanan, paket bantuan berisi kebutuhan pokok sehari-hari.
“Kalau bahan makanan kami kirimkan beras premium 5 kilogram, terus ada telur 10 biji, ada minyak, ada mi instan itu untuk kebutuhan daruratnya,” bebernya.
Setiap hari, satu hingga dua orang menghubungi pihak masjid untuk meminta bantuan, dan jangkauannya kini meluas hingga luar DIY.
“Setiap hari ada, dan jangkauannya tidak hanya di Yogya. Jadi di daerah lain, paling jauh itu Kalimantan, Sumatera,” ungkap Sunyoto.
Untuk penerima bantuan di luar kota, pengiriman dilakukan secara daring agar lebih cepat dan efisien.
“Dipesankan dari sini dan kita tidak ketemu langsung. Soalnya kalau kita mengharuskan kita ketemu langsung, sama saja kelamaan,” tambahnya.
Setiap penerima diperbolehkan mengajukan kembali bantuan dengan jeda waktu satu bulan, agar bantuan digunakan sesuai kebutuhan darurat.
“Di sisi lain kami juga mendidik agar yang meminta bantuan tidak merasa nyaman dengan fasilitas tersebut, tapi bagaimana digunakan saat keadaan darurat saja,” pungkasnya.
Beragam kisah penerima manfaat menggambarkan beratnya perjuangan mereka. Ada yang tengah mencari pekerjaan dan kehabisan uang, hingga anak-anak yang ditinggal orang tuanya merantau.
“Ada yang masa percobaan nggak punya uang lagi karena habis buat biaya orang tuanya. Ada yang datang ke Yogya uangnya habis, untuk bayar kost,” tuturnya.
Sunyoto menambahkan, warga yang membutuhkan dapat langsung menghubungi nomor yang tercantum di media sosial resmi Masjid Nurul Ashri.
“Awalnya ada yang DM (Instagram) terus dari DM dialihkan ke nomor yang tertera itu di flyer. Sebetulnya langsung menghubungi yang tertera di flyer,” tutupnya.
Program sederhana namun bermakna ini menjadi wujud nyata kepedulian sosial dari lingkungan masjid yang tidak hanya menyalurkan bantuan, tetapi juga menjaga martabat penerima dengan tetap melindungi privasi mereka.
