Pintasan.co, Jakarta – Menteri Pertanian Jepang, Taku Eto, mengundurkan diri pada Rabu (21/5) setelah menuai kritik tajam akibat ucapannya bahwa ia tidak perlu membeli beras karena kerap menerima banyak pemberian dari para pendukung.
Pernyataannya itu memicu kemarahan publik dan memperparah tekanan politik terhadap Perdana Menteri Shigeru Ishiba, yang saat ini tengah menghadapi penurunan popularitas, terutama akibat tingginya harga kebutuhan pokok seperti beras.
Sumber dari kalangan pemerintah menyebutkan bahwa Ishiba kemungkinan besar akan menunjuk Shinjiro Koizumi, mantan Menteri Lingkungan Hidup yang dikenal luas dan populer, untuk menggantikan Eto. Koizumi sebelumnya pernah mencalonkan diri sebagai ketua Partai Demokrat Liberal (LDP), namun kalah dari Ishiba.
Setelah menerima pengunduran diri Eto, Ishiba mengaku bertanggung jawab penuh karena telah menunjuk dan mempertahankannya di tengah tekanan publik.
“Saya akan menanggung semua kritik,” ujarnya.
Eto, yang berusia 64 tahun, menyerahkan surat pengunduran dirinya beberapa jam sebelum Perdana Menteri Ishiba dijadwalkan menghadapi oposisi di parlemen. Seluruh partai oposisi telah sepakat menuntut Eto untuk mundur.
Skandal ini mencuat menjelang pemilihan Majelis Tinggi musim panas mendatang, yang sangat krusial bagi kelangsungan koalisi pemerintahan setelah kehilangan kendali atas Majelis Rendah pada tahun lalu. Eto pun menjadi menteri pertama dalam kabinet Ishiba yang mengundurkan diri bukan karena kalah pemilu.
Dalam pernyataan resminya setelah mundur, Eto menyampaikan bahwa dirinya merasa tidak pantas memimpin kementerian di tengah kondisi sulit seperti saat ini, ketika harga beras melonjak.
Ia juga meminta maaf kepada publik atas ucapannya yang dianggap tidak pantas, terutama di tengah kesulitan ekonomi yang dirasakan masyarakat.
Pernyataan kontroversial Eto muncul tak lama setelah Kementerian Pertanian memutuskan untuk merilis cadangan beras darurat hingga bulan Juli demi menekan lonjakan harga yang kini dua kali lipat dari tahun lalu.
Eto dikenal sebagai salah satu tokoh berpengaruh dalam bidang kebijakan pertanian di tubuh LDP, dan pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian di era Perdana Menteri Shinzo Abe.
Survei terbaru menunjukkan ketidakpuasan publik yang meningkat terhadap cara pemerintah mengelola kenaikan harga beras. Banyak keluarga belum merasakan dampak kenaikan gaji yang sepadan dengan laju inflasi.
Saat acara penggalangan dana partai beberapa waktu lalu, Eto menyatakan bahwa ia tidak membeli beras karena terlalu banyak diberi oleh para pendukungnya. “Persediaan di rumah saya bahkan cukup untuk dijual,” katanya, yang kemudian dikritik luas karena dianggap tidak peka.
Eto kemudian mengklarifikasi bahwa ucapannya dimaksudkan sebagai lelucon, namun ia mengakui bahwa komentarnya telah “melampaui batas.” Hal ini memicu pertanyaan serius di parlemen tentang kelayakannya sebagai menteri.
Partai oposisi utama pun kompak menuntut pengunduran dirinya, bahkan mengancam akan mengajukan mosi tidak percaya. Kritik juga datang dari internal koalisi, dengan beberapa tokoh menilai bahwa pengunduran dirinya tidak dapat dihindari.
Shinjiro Koizumi, yang disebut-sebut sebagai calon kuat pengganti Eto, meskipun kalah dari Ishiba dalam pemilihan ketua LDP, tetap menjadi figur publik yang sangat populer dan disebut-sebut sebagai calon pemimpin masa depan Jepang.
Kisruh ini terjadi di saat hasil survei Kyodo News menunjukkan bahwa tingkat kepuasan publik terhadap Ishiba berada pada titik terendah sejak ia menjabat Oktober lalu, mencerminkan kegagalan pemerintah dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat yang terguncang oleh sejumlah skandal dana politik dalam tubuh LDP.