Pintasan.co, Jakarta – Dunia Katolik tengah berduka atas wafatnya Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025, di usia 88 tahun.
Paus pertama dari Amerika Latin ini dikenang karena pendekatannya yang progresif terhadap berbagai isu sosial dan lingkungan, yang telah meninggalkan jejak mendalam dalam Gereja Katolik.
Saat ini, perhatian tertuju pada proses Konklaf yang akan memilih penggantinya dalam waktu 15 hingga 20 hari mendatang.
Pemilihan Paus dilakukan melalui Konklaf yang berlangsung di Kapel Sistina, Vatikan, di mana para Kardinal yang berusia di bawah 80 tahun akan memberikan suara.
Untuk terpilih, seorang kandidat harus mendapatkan dua pertiga suara dari para kardinal yang hadir.
Konklaf ini selalu dijalankan dengan penuh kehormatan, tanpa adanya perebutan kekuasaan, sebagaimana ditegaskan oleh Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta.
Beberapa nama yang dianggap sebagai kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus adalah:
Kardinal Pietro Parolin (Italia, 70 tahun)
Sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013, Parolin memiliki pengalaman diplomatik yang luas, khususnya dalam hubungan dengan China dan Timur Tengah.
Ia dipandang sebagai kandidat moderat yang akan melanjutkan reformasi Paus Fransiskus dengan pendekatan pragmatis.
Kardinal Luis Antonio Tagle (Filipina, 67 tahun)
Mantan Uskup Agung Manila ini dikenal dekat dengan Paus Fransiskus dan mendukung pendekatan inklusif dalam pelayanan Gereja.
Tagle, yang mewakili Asia Tenggara, dipandang dapat memperkuat suara wilayah tersebut dalam kepemimpinan Gereja Katolik.
Kardinal Peter Turkson (Ghana, 76 tahun)
Turkson dikenal vokal mengenai isu keadilan sosial dan perubahan iklim.
Jika terpilih, ia akan menjadi Paus kulit hitam pertama dalam sejarah modern, yang mencerminkan keberagaman dalam Gereja Katolik.
Kardinal Peter Erdo (Hongaria, 72 tahun)
Sebagai ahli hukum kanonik dan mantan Ketua Dewan Konferensi Uskup Eropa, Erdo dikenal teguh memegang ajaran tradisional Gereja. Ia dianggap sebagai representasi dari kubu konservatif.
Kardinal Angelo Scola (Italia, 82 tahun)
Meskipun usianya melebihi batas usia pemilih dalam Konklaf, Scola tetap dianggap sebagai tokoh berpengaruh dengan latar belakang teologi yang kuat.
Ia sebelumnya pernah menjadi kandidat kuat dalam Konklaf 2013.
Umat Katolik di seluruh dunia kini menantikan pemimpin baru yang diharapkan dapat melanjutkan semangat reformasi dan inklusivitas yang telah digagas oleh Paus Fransiskus.
Pemilihan Paus yang baru diprediksi akan memperkuat persatuan dalam Gereja Katolik dan membawa arah baru yang relevan dengan tantangan zaman.
Konklaf yang akan datang menjadi momen penting bagi Gereja Katolik, di mana para kardinal akan menentukan siapa yang akan memimpin umat Katolik menuju masa depan yang lebih baik.