Pintasan.co, Bantul – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul sedang menjaring calon siswa cadangan untuk Sekolah Rakyat tingkat SMA. Siswa cadangan ini nantinya akan mengisi posisi apabila ada peserta yang telah terpilih sebelumnya memutuskan untuk mengundurkan diri.
“Dari Kementerian Sosial meminta kabupaten/kota mencari semacam peserta cadangan kurang lebih 10 persen (20 siswa). Jadi, sekarang kami sedang berusaha memenuhi hal itu,” kata Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bantul, Hermawan Setiaji, saat dijumpai di Kantor DPRD Bantul, Senin (30/6/2025).
Hermawan menyampaikan bahwa sebenarnya saat ini calon siswa Sekolah Rakyat jenjang SMA dari Kabupaten Bantul sudah berjalan dengan sejumlah rangkaian.
Beberapa tahapan yang dilakukan antara lain mencakup proses pengusulan calon siswa hingga verifikasi data identitas dan kondisi tempat tinggal mereka.
Dari hasil sementara, Kabupaten Bantul tercatat sebagai daerah dengan jumlah pendaftar dan calon penerima siswa terbanyak di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hal ini tidak hanya disebabkan oleh letak Sekolah Rakyat yang berada di wilayah Bantul, tetapi juga karena Dinas Sosial (Dinsos) setempat aktif dan intensif dalam mencari serta menjaring calon siswa.
“Hasil laporan dari teman-teman verifikator, kami cukup banyak pendaftar maupun calon yang diterima. Bantul itu, pendaftarnya atau yang sudah diverifikasi oleh teman-teman Dinsos dan Dinas Pendidikan ada 383 siswa pendaftar dari 513 siswa pendaftar se-DIY,” ucap dia.
Kemudian, dari 383 siswa pendaftar Sekolah Rakyat itu, 134 siswa dinyatakan diterima atau menjadi calon siswa Sekolah Rakyat jenjang SMA.
Lalu, sisanya masih masuk proses verifikasi. Maka, 20 calon siswa cadangan itu harus diambil dari luar siswa pendaftar sebelumnya.
“Cadangan itu mungkin sebagai mitigasi risiko, misalnya 200 calon siswa yang diterima dalam gelombang pertama di perjalanan mundur dan sebagainya. Karena, kalau lihat orang enggak punya itu seperti serba susah. Bahkan, mau disekolahkan gratis saja tidak semudah itu,” jelas Hermawan.
Menurutnya, orang ekonomi rendah tidak segampang yang dibayangkan oleh banyak orang.
Orang dengan ekonomi rendah memiliki kehidupan yang kompleks, bukan dari sisi finansial tetapi juga dikarenakan kondisi lain.
Misalnya, yang bersangkutan hanya tinggal berdua dengan ibunya. Kemudian ibunya sakit, sehingga tidak bisa ditinggal untuk aktivitas lama.
“Nantinya, kalau yang sudah mendaftar Sekolah Rakyat tidak diterima, mereka menjadi prioritas untuk masuk sekolah jenjang afirmasi. Artinya, sudah ada wadahnya. Jalur afirmasi itu bukan hanya SMP, tetapi juga SMA,” tutup Hermawan.