Pintasan.co – Pertikaian pertama di bumi, menurut khazanah Islam, terjadi antara dua putra Nabi Adam AS, yaitu Qabil dan Habil. Kisah ini tercatat dalam Al-Qur’an dan memberikan banyak pelajaran tentang sifat manusia, ketaatan kepada perintah Allah, serta dampak dari rasa iri dan dengki. Melalui kisah ini, Islam mengajarkan tentang pentingnya kesabaran, keimanan, dan tanggung jawab atas perbuatan.
Latar Belakang Cerita
Nabi Adam AS dan Siti Hawa adalah manusia pertama yang Allah ciptakan untuk timggal di bumi setelah mereka diturunkan dari surga. Mereka diberi keturunan, dan di antara mereka adalah Qabil dan Habil.
Qabil merupakan seorang petani yang mengelola ladang, sementara Habil adalah seorang penggembala ternak.
Dalam perintah Allah, mereka diminta untuk memberikan persembahan (kurban) sebagai bukti pengabdian dan ketulusan kepada-Nya. Persembahan ini kelak menjadi ujian ketaatan serta menjadi awal mula dari sebuah pertikaian.
Kurban dan Kecemburuan
Qabil dan Habil diminta memberikan kurban sebagai bentuk pengabdian kepada Allah. Habil, yang tulus dan ikhlas, memilih ternak terbaiknya untuk dikurbankan.
Sementara itu, Qabil memilih hasil panen yang bukan milik Habil. Allah menerima kurban Habil, namun menolak kurban Qabil.
Peristiwa ini membuat Qabil merasa iri dan marah terhadap Habil. Rasa iri ini kemudian berkembang menjadi kebencian yang mendorong Qabil untuk merencanakan tindakan yang membahayakan saudaranya.
Al-Qur’an menyebutkan, dalam Surat Al-Ma’idah ayat 27-30, bahwa setelah kurban Habil diterima dan kurban Qabil ditolak, Qabil mengancam untuk membunuh Habil.
Habil yang lembut dan takut kepada Allah berusaha mencegah Qabil, namun tetap siap menerima takdir Allah, menunjukkan sikap tawakal yang tinggi.
Pembunuhan Pertama di Bumi
Meskipun Habil berusaha menghindari pertikaian, kemarahan dan kebencian yang dirasakan Qabil terlalu mendalam. Akhirnya, Qabil membunuh Habil, dan inilah peristiwa pembunuhan pertama yang terjadi di bumi.
Setelah kejadian itu, Qabil merasa bersalah dan bingung dengan jasad Habil. Allah mengirimkan seekor burung gagak untuk menunjukkan cara menguburkan jasad, mengajarkan Qabil dan manusia pertama tentang pemakaman.
Hikmah dari Kisah Qabil dan Habil
Kisah Qabil dan Habil bukan sekedar sejarah, namun juga mengandung hikmah dan pelajaran yang mendalam, antara lain:
Pentingnya Ikhlas dan Ketulusan, Habil menunjukkan bahwa keikhlasan hati dalam menjalankan perintah Allah adalah kunci diterimanya amal.
Bahaya Iri dan Dengki, Iri hati Qabil terhadap Habil menggiringnya pada tindakan buruk. Islam mengajarkan agar manusia menghindari sifat iri dan dengki, karena hal ini bisa menghancurkan hubungan dan menciptakan keburukan.
Tanggung Jawab, Setiap tindakan manusia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Tindakan Qabil yang membunuh Habil mengajarkan bahwa perbuatan dosa akan berakibat buruk bagi pelakunya.
Peringatan dan Larangan Membunuh dalam Islam
Dari kisah ini, Islam juga mengajarkan bahwa membunuh adalah dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah. Dalam surat Al-Ma’idah ayat 32, Allah berfirman,
“Barangsiapa membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh seluruh.” Ayat ini menegaskan bahwa pembunuhan adalah kejahatan serius yang merusak kehidupan.
Kisah pertikaian antara Qabil dan Habil memiliki nilai moral yang tinggi. Ini adalah peringatan agar kita tidak terjebak dalam rasa iri dan dengki yang dapat menjerumuskan pada tindakan dosa.
Islam menekankan bahwa sifat manusia yang utama adalah kasih sayang, saling menghormati, dan menghindari perbuatan yang dapat menyakiti orang lain.
Melalui pelajaran sejarah ini, umat Islam diajarkan untuk selalu menjaga hubungan baik antar sesama serta menghindari sifat-sifat tercela.