Pintasan.co, Jakarta – Pada Oktober 2024, Indonesia mencatat kan inflasi bulanan sebesar 0,08% dan inflasi tahunan sebesar 1,71%, yang mengakhiri periode deflasi yang berlangsung selama lima bulan berturut-turut sejak Mei 2024.

Inflasi bulanan ini sedikit lebih tinggi dari perkiraan, yang menunjukkan inflasi sebesar 0,03% dan inflasi tahunan sebesar 1,67%.

Dari 11 kelompok pengeluaran, sembilan kelompok mengalami inflasi, sementara dua kelompok lainnya mengalami deflasi.

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, yang mengalami deflasi sejak April 2024, tercatatkan inflasi sebesar 0,03% pada Oktober 2024.

Kenaikan harga komoditas seperti bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras menjadi faktor utama yang memengaruhi inflasi di kelompok ini.

Selain itu, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya tercatat sebagai kelompok dengan inflasi tertinggi, yaitu 0,94%, memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi bulanan.

Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,25%.

Sementara itu, tingkat inflasi tahunan Indonesia pada bulan Desember 2024 tercatat sebesar 1,57%, hampir tidak berubah dari angka 1,55% pada bulan sebelumnya.

Angka ini mendekati perkiraan ekonom yang menunjukkan inflasi sebesar 1,60% dalam jajak pendapat Reuters. Bank Indonesia telah menetapkan target inflasi untuk tahun 2024 dan 2025 berada dalam kisaran 1,5% hingga 3,5%.

Dari perspektif yang lebih luas, target inflasi yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan untuk periode 2025 hingga 2027 sebesar 2,5% per tahun tampaknya realistis, asalkan perekonomian tumbuh secara optimal.

Inflasi yang lebih tinggi masih dapat diterima, asalkan disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan yang didorong oleh konsumsi yang kuat.

Sebagai contoh, jika target pertumbuhan ekonomi Presiden Prabowo Subianto tercapai pada 8% di tahun ketiga pemerintahannya, inflasi sebesar 2,5% dengan deviasi 1% pada 2027-2028 dapat dianggap wajar.

Baca Juga :  Kyushoku Milik Jepang, Menyatakan Siap Bantu Program Prabowo : Makan Bergizi Gratis

Dampak kenaikan tarif PPN

Namun, apabila kebijakan seperti kenaikan tarif PPN dilaksanakan, inflasi berpotensi meningkat lebih tinggi.

Untuk itu, langkah-langkah untuk mengendalikan inflasi, seperti pembatalan kenaikan tarif PPN dan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia, dapat menjadi strategi yang efektif untuk menjaga inflasi tetap stabil di level yang ditargetkan, yaitu sekitar 2,5%.

Secara keseluruhan, proyeksi inflasi Indonesia untuk tahun 2025 bervariasi, dengan sebagian besar lembaga, termasuk pemerintah, menargetkan inflasi sekitar 2,5%.

Kementerian Keuangan, misalnya, menetapkan target inflasi 2,5% untuk periode 2025 hingga 2027 dengan deviasi 1,0%, yang memungkinkan inflasi berada dalam rentang 1,5% hingga 3,5%.

Namun, lembaga lain seperti LPEM Universitas Indonesia memprediksi inflasi sedikit lebih tinggi, yakni 2,53%, sementara INDEF memperkirakan angka mendekati 3%.

Perbedaan proyeksi ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti kebijakan fiskal dan moneter, harga komoditas, serta kondisi ekonomi baik di tingkat domestik maupun global.

Meskipun terdapat perbedaan ini, secara umum, inflasi Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan tetap berada di kisaran 2,5% hingga 3%.

Penulis: Umi Hanifah (Content Writer Pintasan.co)