Pintasan.co, Sidoarjo – Salah satu rencana pemerintah untuk mengurai kemacetan di flyover Gedangan adalah membangun flyover Gedangan pada tahun 2025. Flyover Gedangan sebenarnya sudah dikaji sejak beberapa tahun yang lalu dan telah masuk sebagai proyek percepatan pembangunan Gerbangkertosusila di Perpres nomor 80/2019.
Dr. Dadang Suprianto, Kepala Bidang Keselamatan Transportasi Masyarakat Indonesia (MTI) Sidoarjo menjelaskan urgensi pembangunan flyover Gedangan. Terutama berkaitan dengan tingkat kepadatan lalu lintas di sana.
“Dengan konflik 2 fase, akhirnya ada tundaan (delay) dari sisi Surabaya arah Sidoarjo. Begitu pula dari Sidoarjo, dari Sukodono terawan (kendaraan saling bertemu) karena arus dari Sidoarjo. Yang membuat parah lalu lintas didominasi di ruas jalan nasional,” kata Dadang.
“Di samping itu,” lanjutnya, “perlintasana sebidang yang ada di stasiun Gedangan menambah delay dari sisi Sedati maupun dari sisi Surabaya menuju arah Sedati, kemudian dari arah Sidoajo ke Sedati”. Ujar dadang.
Berdasarkan teori, menurut Dadang, frekuensi kereta api yang lewat menambah jumlah volume lalu lintas. Jika sudah melebihi, maka seharusnya sudah tidak boleh lagi ada perlintasan yang menjadi sebidang. Artinya, bisa dengan membangun flyover atau underpass sebagai alternatif.
“Hasil penelitian kami waktu itu terpilih flyover karena tidak membutuhkan biaya yang besar dan kondisi air tanah cukup tinggi di situ, karena bekas tambak. Kurang cocok untuk underpass,” ujar Dadang.
Dadang juga menjelaskan bahwa kemacetan kendaraan delay lama dari arah Surabaya ke Sidoarjo, tepatnya dar traffic light Gedangan hingga Pasmar. Kemudian dari sisi selatan simpang bahkan mendekati simpang Seruni dekat markas TNI AD. “Ini memperparah kinerja jalan nasional. Jalan Nasional itu minimal penghambatan titik konflik simpang mnimal 40k/jam. Boro – boro seperti itu, pagi dan sore 10 km/jam sudah maksimal. Makanya peru mengurangi titik kemacetan akibat simpang menggunakan flyover,” pungkasnya.