Pintasan.co, Surabaya – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi mahasiswa yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam, kini dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks.
Di tengah situasi sosial yang dipenuhi dengan polarisasi, intoleransi, dan krisis identitas di kalangan generasi muda, HMI perlu mengambil langkah strategis untuk menginternalisasi nilai-nilai dasar perjuangan.
Dalam konteks ini, pendekatan teologis, kosmologis, dan antropologis menjadi sangat relevan untuk membentuk kader yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan integritas tinggi.
Krisis identitas yang dialami oleh generasi muda saat ini, ditambah dengan pengaruh negatif dari media sosial, membuat banyak kader HMI terjebak dalam arus informasi yang tidak terfilter.
Hal ini berpotensi mengikis nilai-nilai dasar perjuangan HMI yang seharusnya menjadi pedoman dalam beraktivitas dan berinteraksi dengan masyarakat.
Oleh karena itu, revitalisasi nilai-nilai dasar perjuangan HMI menjadi sangat penting untuk membentuk kader yang mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.
Pendekatan teologis
Dalam pendekatan teologis, HMI harus mengintegrasikan pendidikan karakter yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam dalam setiap program pengkaderan.
Melalui kajian rutin dan pelatihan yang mendalami ajaran Islam tentang kepemimpinan, keadilan, dan tanggung jawab sosial, kader HMI diharapkan dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, kegiatan seperti pengajian dan diskusi etika dapat membantu kader untuk memperkuat spiritualitas mereka, sehingga mampu menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih bijaksana.
Dalam pendekatan kosmologis, kader HMI perlu dibekali dengan pemahaman tentang isu-isu global yang mempengaruhi masyarakat, seperti perubahan iklim dan ketidakadilan sosial.
Seminar dan lokakarya yang melibatkan pakar dapat menjadi platform untuk meningkatkan wawasan kader.
Pendekatan antropologis
Sedangkan dalam pendekatan antropologis, HMI harus mendorong kader untuk memahami dan menghargai budaya lokal serta nilai-nilai kearifan lokal.
Kegiatan pelestarian seni dan budaya daerah dapat menjadi wadah untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap identitas bangsa.
HMI juga perlu mengadakan forum diskusi yang melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk membahas isu-isu sosial dan budaya.
Ini akan membantu kader HMI untuk memahami perspektif yang berbeda dan membangun toleransi di tengah keragaman.
Internalisasi nilai-nilai dasar perjuangan HMI melalui pendekatan teologis, kosmologis, dan antropologis adalah langkah strategis untuk membentuk kader yang berkarakter dan siap menghadapi tantangan zaman.
Dalam situasi yang semakin kompleks ini, HMI harus berperan aktif dalam menciptakan kader yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas dan kepedulian sosial yang tinggi.
Dengan demikian, HMI dapat berkontribusi secara signifikan dalam membangun masyarakat yang lebih baik dan berkeadilan.
Melalui langkah-langkah ini, HMI diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam menciptakan perubahan positif di tengah masyarakat yang semakin dinamis.
Oleh : Sa’adah, S.E. – Cabang Pasuruan, Badko Jawa Timur