Pintasan.co, Jakarta – Ribuan warga turun ke jalan di Den Haag pada Minggu (18/5) dalam aksi bertajuk Red Line Protest, sebagai bentuk protes terhadap sikap pemerintah Belanda terhadap Israel serta dukungan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, demikian laporan dari koresponden RIA Novosti.

Aksi damai tersebut dimulai di Lapangan Malieveld, sebuah lokasi yang kerap menjadi pusat demonstrasi dan konser besar di ibu kota administratif Belanda itu.

Demonstrasi ini didukung oleh sejumlah organisasi kemanusiaan terkemuka, antara lain Amnesty International, Amsterdam for Gaza, Apostolic Society, Doctors for Gaza, Médecins Sans Frontières (MSF), BDS Netherlands, dan Greenpeace.

Pihak penyelenggara menyatakan bahwa pemerintah Belanda gagal menetapkan “garis merah” terhadap pelanggaran hukum perang yang dilakukan Israel, dan dinilai lamban dalam mengambil tindakan.

Para peserta aksi mengenakan pakaian berwarna merah sebagai simbol, serta membawa berbagai spanduk dan poster yang bertuliskan “Hentikan kejahatan perang Israel!” dan “Akhiri genosida di Gaza!”

Seorang pengunjuk rasa menyatakan bahwa para pemimpin Belanda perlu dimintai pertanggungjawaban atas dukungan mereka terhadap Israel, baik dalam bentuk finansial maupun pengiriman senjata.

“Sudah saatnya kebijakan ini dihentikan,” ujarnya.

Perwakilan komunitas Palestijnse Gemeenschap in Nederland (Komunitas Palestina di Belanda) juga menegaskan bahwa pemerintah Belanda belum melakukan cukup untuk membantu Palestina, meski dukungan dari masyarakat sipil sangat besar.

“Kami hadir di sini karena harus membela hak asasi manusia. Palestina berhak atas tanahnya sendiri. Kami ingin menegaskan bahwa rakyat Palestina punya hak itu. Apa yang kita saksikan sekarang di Gaza sudah seperti peristiwa Holocaust,” ucapnya.

Sebelumnya, pada 18 Maret, militer Israel kembali menggempur Gaza melalui serangan udara, menyusul berakhirnya gencatan senjata pada 1 Maret yang tak diperpanjang akibat penolakan dari pihak Hamas terhadap usulan AS.

Baca Juga :  Israel Berencana Menggugat Presiden Prancis Macron

Pada awal Maret pula, Israel dilaporkan memutus pasokan listrik ke fasilitas desalinasi air di Gaza dan menghentikan masuknya truk-truk bantuan kemanusiaan, memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.