Pintasan.co, Jakarta – Pada 15 Mei, ribuan orang di berbagai kota besar Eropa turun ke jalan memperingati Hari Nakba—momen tragis ketika lebih dari 700.000 warga Palestina terusir dari tanah mereka seiring berdirinya negara Israel pada 1948.
Aksi tersebut juga menjadi bentuk protes terhadap serangan brutal Israel ke Jalur Gaza yang masih berlangsung.
Aksi Massa di Stockholm
Di Stockholm, ribuan demonstran berkumpul di Lapangan Odenplan atas undangan berbagai organisasi sipil.
Mereka membawa bendera Palestina, foto korban anak-anak, serta spanduk yang mengecam genosida oleh rezim Zionis.
Beberapa peserta juga membawa poster dengan nama-nama korban sipil untuk menyoroti situasi kemanusiaan yang memprihatinkan.
Aktivis Yahudi asal Swedia, Dror Feiler, menyebut tindakan Israel sebagai genosida dan mengkritik Menteri Luar Negeri Swedia karena sikap diamnya.
Pendeta Ann Christin Kristiansson dari Gereja Swedia turut mendukung, menekankan bahwa kekerasan hanya bisa dihentikan melalui perlawanan sipil, bukan kekuatan militer.
Ia juga menegaskan bahwa serangan Israel lebih banyak menyasar warga sipil ketimbang kelompok bersenjata.
Pawai Akbar di London
Di London, ratusan ribu orang ikut serta dalam pawai yang menuju Downing Street, menyerukan diakhirinya genosida di Gaza dan mendesak pembebasan Palestina. Aksi ini bertepatan dengan peringatan 77 tahun Nakba. Para peserta mengenakan keffiyeh, membawa bendera Palestina, dan menyuarakan slogan-slogan pro-Palestina.
Mereka juga mengkritik pemerintah Inggris karena mendukung Israel secara militer dan politik. Tokoh publik seperti aktor The Crown Khalid Abdalla, aktris Juliet Stevenson, serta mantan perwira militer AS Ann Wright turut hadir.
Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot, menyebut bahwa kekejaman ini telah berlangsung selama puluhan tahun, bukan hanya konflik sesaat.
Mantan Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn dan anggota parlemen Apsana Begum juga mengutuk dukungan Inggris terhadap blokade dan ekspor senjata ke Israel.
Ketua Kampanye Solidaritas Palestina, Ben Jamal, menyatakan bahwa sejarah akan menghakimi para pemimpin yang gagal menghentikan kekejaman tersebut.
Aksi di Berlin, Amsterdam, dan Athena
Di Berlin, ratusan orang berkumpul di Potsdamer Platz. Mereka membawa bendera Palestina dan poster bertuliskan “Diam berarti bersalah.” Polisi menangkap sedikitnya tiga orang selama aksi.
Sementara itu di Amsterdam, ratusan demonstran memadati Lapangan Dam untuk memperingati Nakba dan menuntut diakhirinya kekerasan di Gaza.
Mohammed Kotesh menyebut Gaza kini berada di ambang Nakba kedua dan mendesak agar blokade dicabut agar bantuan bisa masuk. Peserta membawa spanduk bertuliskan: “Akhiri pendudukan,” “Boikot Israel,” dan “Dari sungai ke laut, Palestina akan merdeka.”
Di Athena, Yunani, demonstrasi damai berlangsung selama tiga jam. Massa bergerak menuju Kedutaan AS dan Israel.
Ketua Asosiasi Muslim Yunani, Naim el-Ghandour, mendorong diadakannya pertemuan global yang dipimpin Turki guna menekan Israel secara diplomatik.
Seorang warga Gaza, Muhammed el-Batta, mengatakan bahwa kekerasan yang terjadi merupakan genosida sistematis yang telah berlangsung puluhan tahun.
Sekilas Tentang Hari Nakba
Hari Nakba, yang diperingati setiap 15 Mei, menandai pengusiran lebih dari 700.000 warga Palestina dari tanah air mereka pada 1948, menyusul berdirinya negara Israel.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan agresi ke Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 53.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang di Gaza. Israel juga sedang menghadapi