Pintasan.co, Bandung – Rumah Musik Harry Roesli yang terletak di Jalan Supratman Nomor 59, Kota Bandung, kini resmi dijual.

Keputusan ini tentunya tidak mudah bagi keluarga besar Harry Roesli, yang dikenal sebagai legenda musik Indonesia dengan julukan ‘Si Bengal dari Bandung‘. 

Meskipun rumah tersebut penuh dengan kenangan dan warisan sejarah mengenai sosok Harry Roesli, pihak keluarga akhirnya memutuskan untuk menjualnya.

Layala Khrisna Patria, putra dari Harry Roesli, mengungkapkan bahwa ada dua faktor utama yang mendorong keluarga untuk mengambil keputusan berat ini. 

“Memang saat itu untuk memutuskan rumah dijual bukan hal mudah karena melihat historinya. Tapi perlu diketahui, rumah ini bukan hanya milik Harry Roesli tapi keluarga besar. Dan seiring waktu, banyak menyebar keluarga dan tidak tinggal di sini lagi.” ujar Layala.

Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa rumah yang penuh sejarah tersebut kini lebih banyak menyimpan kenangan dibandingkan menjadi tempat tinggal aktif bagi keluarga.

Selain itu, Laya menjelaskan bahwa perawatan rumah besar seperti itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

“Dan bisa dilihat segala terkait perawatan dan lain-lain memang bukan hal yang murah. Akhirnya kita kumpul keluarga dan sepakat tahun 2018 untuk menjual rumah,” ujarnya. 

Rumah tersebut membutuhkan biaya operasional yang sangat besar, sekitar puluhan juta rupiah per bulan, yang memaksa keluarga untuk menyewakan beberapa ruangannya demi bertahan.

Namun, kebijakan menyewakan ruangan ternyata membatasi ruang gerak keluarga mereka.

Laya mengakui bahwa keputusan untuk menjual rumah tersebut sangat sulit, tetapi kondisi ekonomi dan praktis memaksa mereka untuk mengambil langkah tersebut. 

“Kita menimbang sangat lama ya, keluarga memikir lama dan akhirnya ketika sering bertemu dan semua sepakat ini yang terbaik, harus dijual. Memang begitu informasi ini diketahui oleh teman-teman terdekat, banyak menyayangkan, tapi begitu menjelaskan situasinya mereka paham. Jadi yang terbaik rumah ini harus dijual,” jelasnya. 

Ini menunjukkan bahwa meskipun banyak pihak yang menyesalkan penjualan rumah tersebut, mereka akhirnya memahami alasan di balik keputusan tersebut setelah mendengar penjelasan keluarga.

Baca Juga :  Wisata Religi RKS 2024, Ngaji Sambil Berbelanja di Booth Muslim Fair

Namun, meski rumah tersebut dijual, Laya menekankan bahwa tempat itu bukanlah lokasi utama Harry Roesli dalam berkarya. 

“Sebenarnya ini bukan rumah pertama yang dijual, dulu itu rumah sebelah nomor 57, jadi kiprah Harry Roesli itu disana kalau ini rumah tinggal. Rumah sebelah tahun 2012 dan dipindah ke sini,” tuturnya. 

Hal ini menunjukkan bahwa meski rumah tersebut penuh dengan kenangan, karya dan warisan Harry Roesli tetap hidup melalui tempat lain yang lebih bermakna dalam perjalanan karier musiknya.

Meskipun begitu, keluarga tetap yakin bahwa penjualan rumah tidak akan menghapus warisan yang telah ditinggalkan oleh sang legenda musik. 

“Jadi yang kita lihat, ini sekedar rumah, kita pindah kemanapun yang penting bawa orangnya, bawa spiritnya, jadi tempat dimanapun selama spirit dan pergerakannya masih ada,” tegas Laya. 

Dengan kata lain, keluarga percaya bahwa warisan Harry Roesli tidak hanya terbatas pada satu tempat, tetapi akan terus hidup dalam semangat dan karya yang ditinggalkan oleh sang musisi.