Pintasan.co, Sleman – Permasalahan sampah plastik masih menjadi isu utama yang harus segera ditangani. Di Kabupaten Sleman, jenis sampah ini menyumbang sekitar 37 persen dari total limbah rumah tangga yang mencapai 602 ton per hari.

Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya menanggulangi masalah ini, salah satunya melalui pengolahan sampah menjadi refuse derived fuel (RDF) atau bahan bakar alternatif.

Meski demikian, penanganan sampah plastik masih belum sepenuhnya tuntas.

“Kendalanya karena sampah kita (di Sleman) campur. Kalau campur susah mengelola. Jadi untuk mengolah sampai akhir susah sehingga kita tetap imbau masyarakat pilah sampah. Karena itu akan mempermudah kita menangani sampai akhir,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, Epiphana Kristiyani, di sela puncak peringatan hari lingkungan hidup se-dunia tingkat Kabupaten Sleman, Senin (30/6/2025). 

Puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Sleman ini diselenggarakan di Gedung Serbaguna.

Adapun tema tahun ini secara nasional ‘Ending Plastic Polution’ atau hentikan polusi sampah plastik.

Epiphana menyampaikan bahwa jenis sampah yang paling dominan di Kabupaten Sleman adalah sampah organik.

Komposisinya mencapai sekitar 46 hingga 50 persen dari total 602 ton sampah yang dihasilkan setiap harinya.

Di posisi berikutnya, sampah plastik menyumbang 37 persen, sementara sisanya terdiri dari sampah kertas dan jenis limbah lainnya.

Data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan plastik sekali pakai di Sleman masih tergolong tinggi, meskipun terlihat seolah-olah rendah. Faktanya, jumlah limbah plastik harian yang dihasilkan tetap signifikan.

“Ini yang tetap perlu kita sadarkan, karena plastik itu tidak mudah terurai,” sebutnya. 

Epiphana bilang, sampah plastik yang terkena beban semakin lama tidak terurai melainkan bisa pecah menjadi mikro plastik dan hal tersebut sangat berbahaya.

Baca Juga :  Tangkal Banjir di Jawa Barat, Operasi Modifikasi Cuaca Ditingkatkan

Mikroplastik yang mencemari lingkungan dan terbawa hingga ke laut berpotensi masuk ke dalam tubuh makhluk hidup seperti ikan dan penyu.

Karena ikan merupakan salah satu bahan konsumsi manusia, hal ini dapat mengakibatkan mikroplastik masuk ke tubuh manusia.

Oleh sebab itu, penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pengurangan penggunaan plastik.

Upaya tersebut dapat dimulai dari langkah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya ketika berbelanja biasakan menggunakan kantong belanja yang bisa kembali dipakai. 

“Penggunaan kantong belanja yang tidak sekali pakai ini akan lebih baik sehingga bisa mengurangi sampah plastik,” ujarnya. 

Sementara itu, Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa berpesan kepada masyarakat untuk mengupayakan pengurangan polusi plastik melalui cara paling sederhana.

Di antaranya dengan mengurangi penggunaan plastik, mengolah sampah mandiri, menanam pohon di sekitar lingkungan, serta menggunakan produk yang ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

“Saya berharap setiap elemen masyarakat mulai dari perangkat pemerintah, komunitas peduli lingkungan dan masyarakat mampu bergerak bersama menjaga lingkungan kita agar tetap bersih dan sehat,” kata Danang.