Pintasan.coIsra’ Mi’raj adalah peristiwa luar biasa yang dialami Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu mukjizat besar dalam Islam.

Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-10 kenabian, sebelum hijrah ke Madinah, dan merupakan perjalanan spiritual yang membawa Nabi dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, lalu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha. Berikut ini rangkuman sejarah lengkapnya:

1. Latar Belakang Peristiwa

Isra’ Mi’raj terjadi pada masa-masa sulit dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Beliau menghadapi tekanan besar dari kaum Quraisy dan kehilangan dua pendukung utamanya: istrinya, Khadijah RA, dan pamannya, Abu Thalib. Peristiwa ini disebut sebagai “Tahun Kesedihan” ( Aam al-Huzn). Allah SWT kemudian menghibur Nabi dengan perjalanan ini sebagai tanda keagungan dan penghiburan.

2. Tahapan Peristiwa

Isra’ Mi’raj terbagi menjadi dua bagian utama:

A. Isra’ (Perjalanan Horizontal)

Isra’ adalah perjalanan Nabi dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Nabi diberangkatkan oleh Allah SWT dengan menaiki Buraq, hewan putih kerusakan yang sangat cepat. Dalam perjalanan ini, Nabi ditemani oleh Malaikat Jibril.

Sesampainya di Masjidil Aqsa, Nabi melaksanakan shalat dan bertemu dengan para nabi terdahulu seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Nabi Muhammad SAW menjadi imam shalat bagi para nabi tersebut, menegaskan beliau sebagai pemimpin para nabi ( Sayyidul Anbiya).

B. Mi’raj (Perjalanan Vertikal)

Mi’raj adalah perjalanan Nabi dari Masjidil Aqsa naik ke langit. Nabi melalui tujuh lapisan langit dan bertemu dengan para nabi lainnya di setiap tingkatan:

Langit Pertama : Bertemu Nabi Adam AS.
Langit Kedua : Bertemu Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS.
Langit Ketiga : Bertemu Nabi Yusuf AS.
Langit Keempat : Bertemu Nabi Idris AS.
Langit Kelima : Bertemu Nabi Harun AS.
Langit Keenam : Bertemu Nabi Musa AS.
Langit Ketujuh : Bertemu Nabi Ibrahim AS.

Nabi kemudian melanjutkan perjalanan ke Sidratul Muntaha, tempat tertinggi yang hanya dapat dicapai oleh Nabi Muhammad SAW. Di sini, Nabi menerima perintah langsung dari Allah SWT berupa kewajiban shalat lima waktu.

Baca Juga :  Isra' Mi'raj, Perjalanan Spiritual Penuh Hikmah

3. Hikmah dan Makna Isra’ Mi’raj

  • Shalat Lima Waktu. Salah satu hasil terpenting dari Isra’ Mi’raj adalah kewajiban shalat lima waktu, yang pada mulanya diwajibkan sebanyak 50 kali sehari, namun kemudian diringankan menjadi lima waktu setelah Nabi Musa AS menasihati Nabi Muhammad SAW untuk memohon keringanan kepada Allah.
  • Keimanan Umat Islam. Isra’ Mi’raj menguji keimanan umat Islam. Peristiwa ini sulit diterima oleh akal manusia, namun para sahabat yang beriman, seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, membenarkan cerita Nabi tanpa keraguan.
  • Keagungan Allah SWT. Peristiwa ini menegaskan kekuasaan Allah yang tidak terbatas, serta kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan terakhir yang memiliki hubungan istimewa dengan Allah.

4. Bukti dan Dalil

Peristiwa Isra’ Mi’raj disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadis:

Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 1 :

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi di sekelilingnya…”

Al-Qur’an Surat An-Najm ayat 13-18 :

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha.”

Adapun hadis yang berkaitan dengan Isra’ Mi’raj, diantaranya :

  • Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Didatangkan kepadaku Buraq, seekor tunggangan putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghal”.
  • Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Aku menaikinya dan Jibril membawaku berjalan hingga sampailah aku di Baitul Muqaddas”.
  • Dari Malik bin Sha’sha’ah, Rasulullah SAW bersabda, “Dibawakan kepadaku binatang tunggangan berwarna putih, lebih pendek dari bagal dan lebih tinggi dari pada keledai, yaitu buraq”.
  • Dari Qatadah, dari Anas, Buraq menunjukkan keliarannya, ia terkesan enggan ditunggangi Rasulullah.

Isra’ Mi’raj adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan kebesaran Allah SWT dan menguatkan keimanan umat Islam.

Peristiwa ini memperingati pentingnya shalat, keyakinan terhadap mukjizat, serta mempererat hubungan antara Nabi Muhammad dengan umatnya di berbagai zaman.