Pintasan.co, Yogyakarta – Jejak perjuangan kemerdekaan Indonesia dapat ditemukan di berbagai museum sejarah yang tersebar di Yogyakarta.
Salah satu yang paling terkenal adalah Museum Benteng Vredeburg.
Benteng ini menjadi saksi bisu betapa besar pengaruh Belanda dalam penjajahan Indonesia. Terletak di lokasi strategis, yaitu di pusat kota dan tepat di depan Keraton Yogyakarta, Benteng Vredeburg menyimpan banyak peristiwa penting serta telah mengalami berbagai perubahan fungsi sepanjang sejarahnya.
Benteng Vredeburg dibangun pada tahun 1760 atas perintah Sultan Hamengku Buwono I yang menyetujui permintaan Belanda untuk mendirikan benteng di dekat keraton.
Pada waktu itu, Belanda khawatir dengan perkembangan pesat di keraton dan mengklaim bahwa pembangunan benteng bertujuan untuk menjaga keamanan keraton.
Namun, di balik alasan tersebut Belanda sebenarnya memiliki tujuan lain yakni untuk mempermudah pengawasan dan pengendalian terhadap aktivitas di keraton.
Letak benteng yang sangat dekat dengan keraton hanya berjarak satu tembakan meriam serta posisinya yang menghadap ke jalan utama menuju keraton menunjukkan bahwa benteng ini lebih berfungsi sebagai sarana strategis bagi Belanda untuk intimidasi, penyerangan, dan blokade.
Hal ini juga mencerminkan upaya Belanda untuk mengantisipasi kemungkinan jika Sultan berbalik memusuhi mereka.
Sejarah bangunan Benteng Vredeburg
Pada awalnya, Benteng Vredeburg dibangun dengan desain yang sederhana. Tembok benteng terbuat dari tanah, ditopang oleh tiang-tiang kayu kelapa atau aren, dan atapnya terbuat dari ilalang.
Benteng ini berbentuk persegi dan dilengkapi dengan bastion di setiap sisinya.
Pada masa berikutnya, gubernur Belanda W. H. van Ossenberg mengusulkan untuk membangun benteng secara permanen dengan alasan untuk meningkatkan keamanan.
Pembangunan benteng permanen pun dimulai pada tahun 1767, di bawah pengawasan arsitek Belanda, Ir. Frans Haak.
Benteng tersebut selesai dibangun pada tahun 1867 dan diberi nama “Rustenburg,” yang berarti benteng peristirahatan. Namun, setelah terjadi gempa besar yang melanda Yogyakarta pada tahun yang sama, benteng ini runtuh.
Benteng Rustenburg kemudian dibangun kembali dan namanya diubah menjadi “Vredeburg,” yang berarti benteng perdamaian, sebagai simbol hubungan damai antara Belanda dan Keraton.
Saksi peristiwa bersejarah Yogyakarta
Sejak itu, Benteng Vredeburg telah menyaksikan berbagai peristiwa bersejarah di Yogyakarta. Salah satunya adalah saat Inggris menguasai Yogyakarta pada 1811-1816, yang dikenal dengan peristiwa Geger Sepoy, di mana serdadu Inggris dan kekuatan pribumi menyerang Keraton Yogyakarta.
Pada 5 Maret 1942, ketika Jepang menduduki Yogyakarta, Benteng Vredeburg sempat dikuasai oleh tentara Jepang.
Selain digunakan sebagai markas Kempetai dan gudang senjata, benteng ini juga menjadi tempat penahanan bagi orang-orang Belanda dan Indonesia yang melawan penjajahan Jepang.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 1945, Benteng Vredeburg berhasil dikuasai oleh militer Indonesia. Namun, pada Agresi Militer II yang dilancarkan Belanda pada 19 Desember 1948 benteng ini kembali jatuh ke tangan Belanda.
Selain dijadikan tempat penyimpanan persenjataan, Belanda juga menjadikannya markas Dinas Rahasia mereka.
Pada Serangan Umum 1 Maret 1949, TNI bersama berbagai elemen masyarakat berhasil merebut Benteng Vredeburg selama enam jam.
Setelah pasukan Belanda mundur dari Yogyakarta pada 29 Juni 1949, pengelolaan Benteng Vredeburg kemudian diambil alih oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia).
Benteng Vredeburg secara historis telah mengalami beberapa kali perubahan fungsi benteng, antara lain:
Tahun 1760-1830, digunakan sebagai benteng pertahanan
Tahun 1830-1945, digunakan sebagai markas militer Belanda dan Jepang
Tahun 1945-1977, digunakan sebagai Mabes Militer RI
Tahun 1977-1985, digunakan sebagai Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara
Tahun 1985-1992, digunakan sebagai Museum Perjuangan dan dibuka untuk umum
Tahun 1992-Sekarang, digunakan sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Museum Benteng Vredeburg masa kini
Museum Benteng Vredeburg berada di Jalan Margo Mulyo No. 6, Yogyakarta. Jam Buka: Selasa-Minggu 08.00-15.30, Jumat 08.00-15.30.
Harga Tiket: Dewasa Rp3.000, Anak-anak Rp2.000, Rombongan Dewasa (min. 20 orang) Rp2.000, Rombongan Anak-anak (min. 20 orang) Rp1.000, Turis Asing Rp10.000.
Museum Benteng Vredeburg terdiri dari sejumlah ruangan yang bisa dikunjungi pengunjung yaitu, ruang pameran temporer, ruang audio visual, ruang auditorium, ruang studi koleksi, ruang konservasi, ruang pengenalan, ruang game museum.
Museum Benteng Vredeburg menyajikan berbagai diorama yang menggambarkan perjalanan sejarah Indonesia, mulai dari masa perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan hingga era Orde Baru.
Selain itu, museum ini juga menyimpan koleksi benda, foto, dan lukisan bersejarah yang berkaitan dengan perjuangan nasional Indonesia.
Untuk meningkatkan pengalaman pengunjung, museum ini melengkapi diorama-diorama dengan fitur layar sentuh yang memungkinkan penggunaan media pembelajaran interaktif, seiring dengan perkembangan teknologi zaman sekarang.