Pintasan.co, Sleman – Selokan Van Der Wijck adalah saluran irigasi yang terletak di Kabupaten Sleman.
Saluran ini dibangun pada masa kolonial Belanda dengan tujuan mengalirkan air dari Sungai Progo ke berbagai perkebunan tebu di Sleman dan Bantul pada waktu itu.
Saat ini, kanal yang berasal dari Bligo, Magelang dan membentang sepanjang 35 kilometer masih berfungsi dengan baik.
Selain menjadi vital bagi pertanian, kanal ini juga kini dipromosikan sebagai objek wisata di Bumi Sembada.
Aliran selokan dengan ciri khas ‘Buk Renteng’ ini mengaliri lahan pertanian di wilayah Tempel, Minggir, Moyudan, Seyegan, Godean, hingga Sedayu di Kabupaten Bantul.
Selokan Van Der Wijck ini memiliki perbedaan dengan Selokan Mataram, meskipun kedua kanal ini saling berdekatan.
Selokan Mataram, yang mengalirkan air ke Kalasan, dibangun pada masa penjajahan Jepang, sementara Selokan Van Der Wijck sudah dibangun lebih dulu, yaitu pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
Selokan Van Der Wijck memang sedikit berbeda dibanding selokan pada umumnya. Sebab, ukurannya lebih dalam dan lebar.
Selain itu, keunikan juga terlihat pada bangunan irigasi yang dibangun tinggi seperti jembatan panjang dengan konstruksi melengkung yang mengikuti arah jalan raya.
Hal ini disebabkan oleh kanal Van Der Wijck, yang merupakan saluran irigasi warisan Belanda, dibangun dengan menggunakan teknologi berbasis gravitasi.
Saluran ‘Buk Renteng’
Konstruksi bangunan dibangun lebih tinggi dari jalan raya dan disokong oleh pilar-pilar melengkung yang saling terhubung, mirip dengan jembatan.
Oleh karena itu, warga setempat menyebut saluran ini sebagai ‘Buk Renteng’.
Buk berarti jembatan, sementara renteng berarti saling terhubung.
Bagian atas bangunan berfungsi sebagai saluran irigasi air, sedangkan bagian bawahnya dilubangi agar dapat dilalui oleh orang dan kendaraan.
Struktur buk renteng berfungsi sebagai talang air yang dibangun melintasi Kali Putih. Struktur ini didukung oleh sejumlah lengkungan yang terbuat dari beton dan batu kali.
Sementara itu, struktur di atas Kali Putih terbuat dari talang besi yang ditopang oleh rangka besi.
Selain menjadi lokasi Festival Van Der Wijck, bangunan cagar budaya di Dusun Tangisan, Kalurahan Banyurejo ini juga digunakan sebagai desain prangko.
Ini merupakan strategi baru untuk mempromosikan pariwisata di wilayah Bumi Sembada. Peluncuran seri prangko yang menandai kota ini dilakukan pada peringatan Hari Jadi ke-108 Kabupaten Sleman pada pertengahan Mei 2024.
“Harapannya dengan peluncuran prangko ini bisa menjadi branding Sleman barat, terkait dengan pariwisata maupun pertanian. Karena di Sleman barat ini kita berharap ada bangunan iconik yang banyak dikenal orang sehingga nanti banyak orang datang,” kata Kepala Dispar Kabupaten Sleman, Ishadi Zayid.
Prangko Buk Renteng ini merupakan hasil kolaborasi lintas instansi.
Berawal dari Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, serta Kemenkominfo, PT Pos Indonesia, dan Komunitas Filateli Indonesia.