Pintasan.co, Purwokerto – Pasca kericuhan dalam aksi demonstrasi besar-besaran pada Sabtu (30/8/2025), wajah pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas rusak. 

Kerusakan signifikan meluas dari area Alun-alun Purwokerto hingga ke Kantor Pemerintah Kabupaten Banyumas.

Proses pembersihan pascakericuhan disebut-sebut sebagai yang paling kacau sepanjang sejarah demonstrasi di daerah tersebut.

Kepala Unit Pengelola Kebersihan dan Pertamanan (UPKP) Wilayah Purwokerto, Muhilal, menyebut kerusakan di area pusat kota mencapai 70 persen, meliputi kawasan Alun-alun, Pendopo Sipanji, Kantor Dinas Kominfo, dan area Setda Banyumas.

“Ini paling chaos sepanjang saya bertugas. Sampah dan puing tersebar di mana-mana. 

Kami temukan batu, pecahan kaca, pentungan, dan berbagai benda tumpul lainnya. 

Batu-batu ini entah datang dari mana, padahal di sekitar alun-alun tidak ada batu alam sebesar itu,” ujarnya.

Proses pembersihan dimulai pukul 06.00 WIB dengan bantuan aparat TNI. Kegiatan difokuskan sepanjang Jalan Jenderal Soedirman, mulai dari perempatan Palma hingga area Sawangan.

UPKP menurunkan total 47 personel, yakni 20 dari wilayah Purwokerto, 17 dari UPKP Kembaran, dan 10 dari Banyumas.

Sampah hasil pembersihan membutuhkan dua truk untuk diangkut. Beberapa barang yang mengalami kerusakan meliputi kursi taman di alun-alun, pot tanaman besar, serta berbagai ornamen di area taman kota.

Bahkan, posko Satpol PP hancur, kantor Pemkab porak-poranda, dan gedung eks DPRD Banyumas nyaris terbakar setelah sempat tersulut api.

Muhilal memperkirakan proses pemulihan kawasan ini akan memakan waktu cukup lama.

“Butuh waktu dua bulan untuk recovery, itu pun kalau tidak ada gangguan lagi,” katanya.

Aksi demonstrasi yang awalnya berjalan damai berubah brutal ketika sebagian massa mulai melempar batu dan merusak fasilitas umum.

Kondisi memanas memaksa aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Baca Juga :  Bank Dunia Ungkap Soal Harga Beras di Indonesia Merupakan Tertinggi di ASEAN