Pintasan.co, Yogyakarta – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyampaikan sambutan pada acara pengukuhan pengurus Paguyuban Lurah dan Pamong Kalurahan DIY “Nayantaka” untuk masa bakti 2025-2028, yang diadakan di Bangsal Kepatihan Senin (24/3/2025).
Sri Sultan HB X menekankan bahwa Nayantaka bukan sekadar sebuah organisasi, melainkan juga cerminan dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Menurutnya, nilai tersebut adalah “Kerta Winengku Among-Praja,” yang menekankan pengabdian sebagai dasar untuk mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.
Sultan berharap para pamong dapat menggabungkan tugas dengan pengabdian, sehingga rakyat merasa didampingi, didengarkan, dan dilindungi.
Sultan juga menggambarkan kepemimpinan yang dimaksud dengan figur Ki Semar dalam dunia pewayangan, yang meskipun sederhana, menjadi simbol kepemimpinan sejati melalui welas asih dan pengabdian tanpa pamrih.
Pengukuhan pengurus Nayantaka, yang melibatkan berbagai kelompok seperti Semar, Tungguljati, Bodronoyo, dan Suryondadari, dianggap sebagai momen penting untuk memperkuat kekompakan dan menegaskan perubahan paradigma kepemimpinan dari pangreh praja menjadi pamong praja.
Sri Sultan menekankan bahwa dalam upaya memperkuat kalurahan, filosofi ini sangat penting untuk membangun sistem pemerintahan desa yang dapat beradaptasi namun tetap berpegang pada nilai-nilai tradisional.
“Menjadi pamong bukan hanya tentang menjalankan tugas, tetapi juga tentang menyatu dalam laku, menjadi pemimpin yang memayungi, bukan menjulang,” ujar Sri Sultan HB X.
Wadah mewujudkan nilai-nilai kepamongprajaan
Menurutnya, Nayantaka harus menjadi wadah untuk mewujudkan nilai-nilai kepamongprajaan yang menekankan keseimbangan antara ketaatan pada regulasi dan fleksibilitas dalam memahami realitas sosial di masyarakat.
Selanjutnya, ia menyampaikan harapannya agar Nayantaka dapat mempertahankan kekompakan internal sebagai dasar untuk kebijakan yang efektif.
Di sisi lain, paguyuban ini diharapkan dapat menjadi sumber energi positif dalam pelayanan publik, dengan para pamong berperan sebagai pelayan yang sejati, bukan hanya mengatur, tetapi juga memberdayakan masyarakat.
Sri Sultan juga memberikan gambaran mengenai pencapaian reformasi kalurahan.
Hingga tahun 2024, telah terbentuk 355 Kalurahan Mandiri dari target 392 yang ditetapkan untuk tahun 2027.
Selain itu, Kalurahan Mandiri Budaya juga menunjukkan kemajuan dengan mencapai 40 dari target 45, sementara Kalurahan Swasembada telah melampaui target dengan 86 dari 72 yang direncanakan.
Namun, Sri Sultan HB X mengingatkan bahwa kemajuan ini perlu terus diperhatikan agar tidak hanya tercapai dari segi jumlah, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup masyarakat.
Dengan demikian, Pemerintah Daerah DIY berencana untuk menyusun regulasi yang lebih tegas guna memperkuat posisi Nayantaka sebagai mitra strategis dalam Reformasi Kalurahan. Salah satunya adalah melalui Peraturan Gubernur yang akan mengatur kerjasama antara paguyuban dan Pemda DIY.
Sri Sultan juga memberikan kesempatan untuk kolaborasi “collective-budgeting” dalam mendukung pendanaan kegiatan Nayantaka melalui sinergi antar perangkat daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.
Prinsip utama dari kolaborasi ini adalah kerja sama yang saling memperkuat, mendukung, dan tetap menjaga akuntabilitas publik.
Sri Sultan menyampaikan ucapan selamat atas karya dan pengabdian kepada seluruh pengurus Nayantaka.
Ia berharap bahwa pengabdian yang diberikan dapat berkembang dari niat yang tulus dan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat.
Gubernur juga berdoa agar Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkah dan rahmat-Nya, sehingga pengukuhan ini dapat menjadi dasar yang kuat dalam membangun sinergi antar pihak untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat DIY melalui Reformasi Kalurahan.
“Semoga dengan kerja keras dan sinergi kita semua, kualitas hidup masyarakat Yogyakarta akan semakin meningkat,” ujar Sri Sultan.