Pintasan.co, Luwu Timur – Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA baru-baru ini merilis hasil survei terbaru mengenai Pilkada Luwu Timur (Lutim) 2024, menjelang hari pencoblosan.
Pada Pilkada Lutim 2024, terdapat tiga pasangan calon (Paslon) yang bersaing, yaitu nomor urut 1, Isrullah Achmad-Usman Sadik; nomor urut 2, Budiman-Akbar Andi Leluasa; dan nomor urut 3, Irwan Bachri Syam-Puspawati Husler.
Ikrama Masloman, Peneliti Senior LSI Denny JA, mengungkapkan bahwa survei ini dilakukan pada 7 hingga 14 November 2024 dengan melibatkan 440 responden yang tersebar di seluruh Kabupaten Luwu Timur.
Metode yang digunakan adalah Multistage Random Sampling dengan margin of error sebesar +/-4,8% dan tingkat kepercayaan di atas 95 persen.
Ikrama menjelaskan bahwa temuan survei menunjukkan bahwa politik uang tidak memengaruhi hasil pilihan masyarakat.
Dari responden yang ditanya tentang politik uang, 82,5% menyatakan bahwa praktik tersebut tidak bisa dibenarkan, sementara 13,2% menganggapnya dapat dibenarkan, dan 4,3% tidak menjawab atau tidak tahu.
Mengenai penerimaan uang dari pasangan calon, 79,3% menolak, 7,3% menerima uang dan tetap memilih, 9,8% menerima uang tapi tidak memilih, dan 3,6% tidak menjawab.
Posisi antar paslon dalam Pilkada Lutim 2024
Dalam peta dukungan, pasangan IBAS-Puspa memimpin dengan perolehan elektabilitas sebesar 45,1%, diikuti oleh pasangan petahana Budiman-Akbar dengan 38,3%.
Sementara pasangan Isrullah-Usman berada di posisi ketiga dengan 9,1%, dan 7,5% responden memilih tidak menjawab atau tidak tahu.
Ikrama mengungkapkan bahwa posisi Budiman-Akbar yang tetap konsisten di posisi kedua disebabkan oleh sentimen mayoritas publik yang merasa bahwa Luwu Timur belum mengalami perubahan signifikan.
Menurut survei, 46,3% publik menilai kondisi Luwu Timur lebih baik, 43% menganggap sama saja, dan 10,7% menilai lebih buruk.
“Selain itu, tingkat persetujuan terhadap pasangan petahana sangat rendah, dengan approval rating di bawah 70%. Berdasarkan pengalaman kami, pasangan petahana dengan approval rating di bawah 70% cenderung tidak aman,” jelas Ikrama.
Approval rating untuk pasangan Budiman menunjukkan bahwa 65% responden menganggapnya berhasil atau cukup berhasil, sementara 31,6% menganggapnya kurang berhasil atau tidak berhasil sama sekali.
Sedangkan untuk Akbar, 56,5% responden menilai ia berhasil atau cukup berhasil, dan 28% menilai kurang berhasil atau tidak berhasil.
Ikrama juga mencatat tingkat keinginan publik terhadap keberlanjutan kepemimpinan Budiman dan Akbar.
Sebanyak 43,4% responden menginginkan Budiman kembali menjabat, sementara 32% tidak menginginkannya.
Untuk Akbar, 34,8% menginginkan ia kembali, sedangkan 30,9% tidak menginginkannya.
“Pasangan petahana yang tingkat keinginannya di bawah 50% menunjukkan bahwa mereka tidak aman,” tambah Ikrama.
Ikrama menekankan bahwa tingkat resistensi terhadap politik uang di Luwu Timur sangat tinggi, dengan 82,5% responden menyatakan bahwa praktik politik uang tidak dapat dibenarkan.
Resistensi ini terlihat merata di semua segmen, mulai dari gender, umur, profesi, hingga etnis.
Pasangan Ibas-Puspa unggul dalam elektabilitas Pilkada Lutim, dengan angka 45,1%, mengalahkan petahana Budiman-Akbar yang memperoleh 38,3%. Sementara pasangan Isrullah-Usman hanya memperoleh 9,1%.
Ada empat alasan mengapa pasangan petahana terus berada di posisi kedua, sementara Ibas-Puspa memimpin.
Pertama, karena kuatnya sentimen perubahan. Kedua, tingkat keberhasilan petahana yang lebih rendah. Ketiga, tingkat keinginan publik untuk mempertahankan petahana yang rendah. Keempat, petahana kalah di semua segmen personal dan kebijakan jika dibandingkan dengan lawan mereka.