Pintasan.co, Batang – Kabupaten Batang, Jawa Tengah, terkenal dengan kekayaan budayanya. Salah satunya batik Rifaiyah, yang merupakan warisan leluhur dengan sejarah panjang dan keunikan tersendiri.
Pasangan calon bupati dan wakil bupati, Fauzi Fallas dan Ahmad Ridwan, bertekad untuk mempopulerkan batik Rifaiyah di tingkat nasional jika mereka diberi kepercayaan untuk memimpin daerah ini.
“Batik Rifaiyah adalah identitas Batang yang perlu dijaga dan diperkenalkan lebih luas. Kami ingin memastikan warisan budaya ini dapat berkembang, tidak hanya di Batang, tapi juga dikenal secara nasional,” tegas Fallas.
Menurut Fallas, Batik Rifaiyah memiliki akar sejarah yang mendalam. Ia menyebutkan bahwa batik ini diperkirakan sudah ada sejak era Sultan Agung (1613-1645), bahkan mungkin sudah ada sejak masa kejayaan Majapahit.
“Batik Rifaiyah sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2013, yang membuktikan kekayaan nilai budaya yang terkandung di dalamnya,” tegasnya.
Fallas menjelaskan bahwa salah satu keunggulan batik Rifaiyah terletak pada coraknya yang khas. Batik ini menggunakan warna sogan ireng-irengan, yaitu coklat kehitaman, dengan aksen remukan yang memberi kesan hidup dan unik pada motifnya.
Proses remukan atau serat-serat dalam motif batik ini tidak ditemukan di daerah lain, menjadikannya ciri khas yang hanya dimiliki batik Batang.
“Warna sogan yang digunakan pada batik Rifaiyah berbeda dengan batik dari Solo atau Yogyakarta. Batik Batang cenderung lebih gelap, memberi kesan yang mendalam dan berkarakter,” jelas Fallas.
Ia menyatakan bahwa keunikan ini perlu dikemas dan dipromosikan dengan cara yang lebih modern agar bisa menarik perhatian masyarakat di luar daerah.
Fallas menegaskan bahwa visi mereka bukan hanya sekadar janji dalam kampanye.
“Ini adalah bagian dari misi besar kami untuk melestarikan warisan budaya dan memajukan ekonomi daerah. Batik Rifaiyah adalah salah satu permata yang harus dipoles agar bisa bersinar di tingkat nasional,” tukasnya.
Sementara itu, calon wakil bupati mendampingi Fallas, Ahmad Ridwan, menambahkan bahwa proses pembuatan batik Rifaiyah memiliki keistimewaan tersendiri.
“Para pengrajin batik Rifaiyah memiliki tradisi khusus. Sebelum memulai proses membatik, mereka melaksanakan sholat Dhuha dan melantunkan syair-syair berbahasa Arab dan Jawa. Ini bukan hanya soal kain, tapi juga bentuk syiar Islam,” ungkap Ridwan.
Ia mengakui bahwa tantangan utama batik Rifaiyah terletak pada popularitasnya yang masih kalah jika dibandingkan dengan batik Pekalongan yang sudah mendunia.
“Meski demikian, batik Batang, terutama batik Rifaiyah, punya kualitas dan potensi yang tidak kalah bersaing,” kata Ridwan.
Untuk itu, pasangan ini berencana bekerja sama dengan pemerintah pusat dan berbagai pihak terkait untuk meningkatkan pemasaran batik Rifaiyah.
Strategi mereka meliputi penyelenggaraan pameran budaya, kolaborasi dengan desainer ternama, serta promosi melalui platform digital dan media sosial.
“Kami ingin batik Rifaiyah hadir di pekan-pekan mode nasional dan acara pameran seni budaya, sehingga masyarakat luas bisa mengenal dan mengapresiasi keindahannya,” tambah Ridwan.
Mengaktifkan kembali sentra produksi batik di desa-desa
Salah satu langkah konkret yang diusung pasangan ini adalah mengaktifkan kembali sentra-sentra produksi batik di desa-desa.
Menurut Ridwan, ini tidak hanya akan membantu mempromosikan batik Rifaiyah, tetapi juga membuka peluang kerja baru bagi masyarakat.
“Kami ingin menggerakkan ekonomi rakyat melalui pelestarian budaya. Sentra-sentra batik akan diaktifkan kembali dengan pelatihan dan pendampingan, baik dari segi teknik produksi hingga pemasaran,” kata Ridwan.
Ia menambahkan, keberadaan sentra-sentra ini juga diharapkan dapat menjadi daya tarik pariwisata yang potensial.
Untuk generasi muda, upaya ini diharapkan dapat mengajak mereka untuk terus mencintai dan melestarikan budaya lokal.
Fallas menegaskan bahwa sangat penting untuk menanamkan rasa bangga terhadap warisan budaya sejak usia dini.
“Bukan hanya untuk keuntungan ekonomi, tetapi juga untuk memperkuat jati diri sebagai warga Batang yang kaya akan budaya,” pungkas Ridwan.