Pintasan.co, Jakarta – Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa saat ini dunia tengah menghadapi tantangan besar berupa fenomena tripledemic, yaitu ketika virus Respiratory Syncytial Virus (RSV), COVID-19, dan influenza beredar bersamaan.

“Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini dunia kesehatan menghadapi tantangan besar. Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak luar biasa terhadap sistem kesehatan global, tetapi ancaman lain yang tak kalah serius juga muncul yaitu tripledemic,” ungkap Direktur Penyakit Menular Kemenkes dr. Ina Agustina Isturini, MKM, dalam pertemuan media di Jakarta, Rabu.

Ina menyebutkan bahwa berdasarkan data global, tripledemic telah menyebabkan 8,7 juta infeksi. Salah satu virus yang perlu diwaspadai adalah RSV.

Meskipun umumnya dianggap sebagai penyakit yang menyerang anak-anak, RSV bisa sangat berbahaya bagi populasi dewasa, khususnya lansia dan individu dengan penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, dan penyakit paru obstruktif kronis.

Dia juga menyoroti kekhawatiran terhadap kondisi lansia di Indonesia. Populasi Indonesia kini telah mencapai 279 juta jiwa, dengan pertumbuhan sekitar 2,7 juta jiwa per tahun.

Diperkirakan pada 2030, jumlah lansia akan mencapai 14,6% dari total penduduk, dan pada 2045, hampir mencapai seperlima dari seluruh populasi.

“Tentu yang harus kita waspadai bahwa 20 persen lansia Indonesia tersebut dapat mengalami penyakit kronis seperti penyakit jantung, paru dan membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi penapasan,” tambah Ina.

Kementerian Kesehatan juga mencemaskan beban biaya kesehatan yang ditimbulkan akibat infeksi pernapasan, yang dapat berdampak besar pada ekonomi negara.

“Dengan populasi lansia Indonesia yang terus meningkat, potensi beban kesehatan dan ekonomi akibat infeksi saluran pernapasan akut pada lansia perlu menjadi perhatian serius,” ujarnya.

Biaya pengobatan untuk pasien dengan infeksi saluran pernapasan berat bisa mencapai antara Rp70 juta hingga Rp200 juta per pasien, terutama bagi mereka yang membutuhkan perawatan di ICU.

Baca Juga :  Daya Saing Industri Rendah, Menaker: Produktivitas Kita di Bawah Rata-rata ASEAN

Ina menilai bahwa masyarakat Indonesia kini sudah lebih paham mengenai dampak serius virus yang menyerang saluran pernapasan, terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti lansia dan penderita penyakit kronis, yang terlihat jelas pada masa pandemi COVID-19.

Dia juga menekankan pentingnya upaya preventif dan promotif untuk mencegah penularan RSV dan penyakit pernapasan lainnya, terutama pada kelompok berisiko tinggi.

“Dalam platform Satu Sehat kami, individu dapat dengan mudah mengakses informasi terkini mengenai penyakit infeksi menular dan upaya-upaya untuk pencegahannya,” kata Ina.

Dr. Alfinella Izhar Iswandi, MPH, dari Project Management Office (PMO) Ditjen P2P Kemenkes, menambahkan bahwa antara 2018 hingga 2022, pembiayaan untuk penyakit pernapasan meningkat pesat dan trennya terus naik setiap tahun.

Berdasarkan data BPJS pada 2023, biaya yang dikeluarkan untuk penyakit pneumonia mencapai Rp8,7 triliun, Tuberkulosis (Tb) Rp5,2 triliun, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Rp1,8 triliun, asma Rp1,4 triliun, dan kanker paru Rp766 miliar.