Pintasan.co, Jakarta – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Senin (27/1/2025), mengungkapkan bahwa Microsoft sedang dalam pembicaraan terkait kemungkinan akuisisi TikTok.
Namun, masa depan aplikasi berbagi video yang populer di dunia itu di Amerika Serikat masih belum jelas.
Pemerintah AS telah memerintahkan ByteDance, pemilik TikTok asal China, untuk menjual aplikasi tersebut atau menghadapi larangan operasional di negara tersebut.
Saat ditanya oleh wartawan mengenai rumor Microsoft sedang mendiskusikan akuisisi TikTok, Trump menjawab, “Ya.” Ia juga menambahkan, “Ada banyak minat terhadap TikTok, minat yang sangat besar.”
Pernyataan tersebut disampaikan Trump dalam pesawat kepresidenan Air Force One, seperti dilaporkan oleh kantor berita AFP pada Selasa (28/1/2025).
Trump menyebut bahwa persaingan dalam penawaran akuisisi ini merupakan perkembangan positif bagi TikTok, terutama dengan adanya ketertarikan dari Microsoft.
Larangan terhadap TikTok di AS, yang mulai berlaku sejak 19 Januari 2025, muncul akibat kekhawatiran bahwa pemerintah China dapat menggunakan aplikasi ini untuk memata-matai warga Amerika atau memengaruhi opini publik secara tersembunyi.
Meski begitu, Trump telah menunda penerapan aturan tersebut selama dua setengah bulan sembari mencari solusi bersama pemerintah China.
Menurut Angelo Zino dari CFRA Research, Microsoft adalah salah satu pihak yang memiliki alasan kuat untuk berinvestasi di TikTok.
Ia percaya bahwa Microsoft tertarik untuk memperluas kehadirannya di sektor periklanan digital.
Sebelum Trump dilantik sebagai presiden AS, TikTok sempat dihentikan sementara di negara itu karena tenggat waktu undang-undang yang semakin mendekat.
Setelah resmi menjabat, Trump berjanji akan mengeluarkan perintah eksekutif untuk menunda pelarangan TikTok demi memberikan waktu guna menyelesaikan kesepakatan akuisisi.
TikTok kemudian melanjutkan operasinya di AS, mengapresiasi keputusan Trump yang memungkinkan pembatalan larangan tersebut.
Selama masa jabatannya, Trump terus mengupayakan pelarangan TikTok di AS dengan alasan keamanan nasional.