Pintasan.co, Jakarta – Era globalisasi yang ditandai oleh pertukaran informasi yang cepat dan luas, propaganda Zionis telah menjadi salah satu isu yang menarik perhatian dunia internasional.

Upaya sistematis untuk mempromosikan agenda politik dan ideologi Zionisme tidak hanya berdampak pada masyarakat di wilayah konflik, tetapi juga mempengaruhi persepsi global terhadap isu-isu yang berkaitan dengan hak asasi manusia, keadilan sosial, dan perdamaian.

Zionisme merupakan gerakan politik yang bertujuan untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina, yang dianggap sebagai tanah air kuno bagi orang Yahudi.

Istilah ini berasal dari kata “Zion” dalam bahasa Ibrani, yang merujuk pada Gunung Sion di Yerusalem. Beberapa ciri khas Zionisme meliputi upaya untuk mengumpulkan orang-orang Yahudi yang telah berdiaspora untuk kembali ke Palestina, pembentukan negara berdasarkan hukum Yahudi, dan keyakinan bahwa Israel adalah tanah yang dijanjikan bagi orang Yahudi.

Sejarah gerakan zionisme

Gerakan ini dipelopori oleh Theodor Herzl, seorang wartawan Yahudi, pada akhir abad ke-19 di Eropa Tengah dan Timur, yang kemudian berkontribusi pada pembentukan negara Israel pada tahun 1948.

Penting untuk dicatat bahwa terdapat perbedaan mendasar antara Zionisme dan Yahudi: Yahudi adalah kelompok etnis dan agama yang mengikuti keyakinan agama Yahudi, sedangkan Zionisme adalah pandangan politik yang berfokus pada penciptaan negara Yahudi di Palestina.

Akar sejarah Zionisme dapat ditelusuri kembali ke ribuan tahun yang lalu, ketika bangsa Yahudi memiliki hubungan yang kuat dengan Tanah Israel sebagai tanah air mereka.

Namun, diaspora Yahudi yang panjang akibat berbagai penindasan dan pengusiran membuat gagasan untuk kembali ke Tanah Suci menjadi semakin kuat.

Seiring dengan meningkatnya migrasi bangsa Yahudi, pengaruh Zionisme di tingkat internasional semakin kuat, meskipun Perang Dunia I menyebabkan perubahan geopolitik di Timur Tengah dengan memudarnya kekuasaan Kesultanan Ottoman dan munculnya Inggris sebagai penguasa di Yordania dan Palestina pada tahun 1919.

Baca Juga :  Polri dan Kemenhut Siap Sinergi Jaga Hutan

Pada tahun 1917, Inggris mendukung keberadaan tanah air Yahudi melalui Deklarasi Balfour, namun mencabut dukungan tersebut pada tahun 1939.

Beberapa organisasi paramiliter Zionis, seperti Irgun dan Lehi, melakukan serangan terhadap tentara Inggris dan melakukan pembantaian Deir Yassin pada tahun 1948.

Keraguan dunia terhadap Zionisme hilang setelah Holocaust, yang menyebabkan banyak orang Yahudi melarikan diri ke Palestina, sehingga populasi Yahudi di sana melonjak dari sekitar 50.000 pada awal 1900-an menjadi 650.000 pada tahun 1948.

Propaganda Zionisme saat ini

Propaganda Zionisme saat ini mengadopsi berbagai bentuk dan strategi yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan geopolitik global.

Selain bertujuan untuk membangun narasi positif tentang Israel, propaganda ini juga berfungsi untuk mendukung tindakan pemerintah Israel dalam konflik dengan Palestina serta memperoleh dukungan internasional.

Media sosial dan platform digital menjadi alat utama dalam menyebarluaskan informasi yang menguntungkan Israel, sering kali dengan mendiskreditkan pengalaman rakyat Palestina.

Konten visual yang emosional digunakan untuk memposisikan Israel sebagai korban, sedangkan Palestina digambarkan sebagai agresor.

Di tingkat diplomatik, propaganda Zionisme memperkuat hubungan dengan negara-negara yang memiliki kepentingan strategis di Timur Tengah dan melibatkan lobi-lobi pro-Israel di berbagai negara.

Meskipun demikian, propaganda ini menghadapi tantangan dari meningkatnya kesadaran global tentang hak asasi manusia, dengan gerakan seperti BDS berupaya melawan narasi Zionis.

Dalam konteks informasi yang semakin melimpah dan keterhubungan global yang meningkat, penting untuk menganalisis narasi yang terbentuk dan dampaknya terhadap pemahaman masyarakat mengenai konflik Israel-Palestina, guna membangun dialog yang lebih konstruktif dan memahami kompleksitas situasi ini.

Penulis: Umi Hanifah (Content Writer Pintasan.co)