Pintasan.co, Jakarta – Indonesia, melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bekerja sama dengan Roscosmos State Space Corporation, perusahaan negara Rusia yang bergerak di bidang antariksa.
Kerja sama ini bertujuan untuk merumuskan rencana pembangunan bandar antariksa pertama di Indonesia, yang dibahas dalam pertemuan di Jakarta pada Senin.
“Saya berharap kita dapat melangkah maju dan menjalin kerja sama, serta mewujudkan pembangunan bandar antariksa tersebut sesegera mungkin,” kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Robertus Heru Triharjanto, menjelaskan bahwa Biak dipilih sebagai lokasi pembangunan bandar antariksa karena sudah tersedia semua kebutuhan logistik.
Konsep pengembangan bandar antariksa ini adalah sebagai open spaceport yang dikelola secara komersial oleh pihak swasta, sehingga dapat diakses oleh siapa saja dengan mekanisme pembayaran.
Heru menyebutkan, ada empat pihak yang akan terlibat dalam kerja sama ini, yaitu BRIN, Roscosmos, PT URPI, dan Glavkosmos Rusia.
Oleh karena itu, dalam kerja sama antara BRIN dan Roscosmos berdasarkan perjanjian government to government mengenai kegiatan antariksa kedua negara, perlu dibuat dua perjanjian.
Perjanjian pertama adalah mengenai pengamanan teknologi, sementara perjanjian kedua berkaitan dengan pengawasan bersama peluncuran antariksa Indonesia.
Glavkosmos, anak perusahaan Roscosmos, akan menjadi pihak yang ditunjuk untuk implementasi kerja sama ini.
Selain itu, BRIN dan PT URPI telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) pada 2023 mengenai penyelenggaraan bandar antariksa, yang selanjutnya akan ditingkatkan menjadi perjanjian untuk pembangunan dan pengoperasian bandar antariksa tersebut.
“Berdasarkan hukum keantariksaan Indonesia, kegiatan peluncuran antariksa di Indonesia harus dilakukan oleh operator terdaftar Indonesia. Oleh karena itu, antara Glavkosmos dan URPI perlu menyepakati joint venture agreement,” ujar Heru.
Senada dengan Heru, Deputi Direktur Jenderal Roscosmos State Space Corporation untuk Kompleks Antariksa dan Sains, Alexander Bloshenko menyebutkan Biak dan Morotai potensial untuk dibangun bandar antariksa. Kedua lokasi tersebut secara geografis dinilai sangat baik karena dekat dengan garis khatulistiwa.
Hal ini, kata dia, dapat menguntungkan terkait massa muatan yang diluncurkan dalam orbit geostasioner dan geotransisi.
Alexander menilai rencana ambisius untuk menciptakan berbagai konstelasi orbital tidak akan terlaksana jika Indonesia tidak memiliki akses independen dan terjamin ke antariksa.
“Melihat kemajuan Indonesia dalam teknologi, sains, dan pendidikan, kami yakin negara Anda siap dan bahkan harus memiliki kemampuan peluncuran nasional sendiri,” tegasnya.