Pintasan,co, Jakarta – Badai Trami yang menghantam timur laut Filipina pada Kamis (24/10) menyebabkan 26 korban jiwa dan memaksa ratusan ribu orang mengungsi.
Badan cuaca di Provinsi Isabela menyebutkan bahwa Badai Trami kini bergerak menuju barat Filipina melalui Pegunungan Cordillera menuju Laut China Selatan, dengan kecepatan angin mencapai 95 kilometer per jam.
Badan tersebut juga memperingatkan bahwa Badai Trami berpotensi memicu banjir, tanah longsor, angin kencang, dan hujan lebat yang lebih parah di beberapa provinsi di Filipina.
Sebelumnya, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr telah mengingatkan warga pada Rabu (23/10) untuk bersiap menghadapi badai ini, memprediksi bahwa Trami akan melanda Provinsi Isabela pada Kamis pagi.
“Saya khawatir yang terburuk belum terjadi. Mari kita semua bersiap. Volume airnya belum pernah terjadi sebelumnya. Kita harus memantaunya dengan saksama,” kata Marcos dilansir Reuters.
Akibat badai ini, Marcos memerintahkan agar sekolah, pusat bisnis, bank, dan bandara dihentikan operasionalnya sementara. Ia khawatir jumlah korban bisa semakin meningkat.
Badan regulator penerbangan Filipina melaporkan bahwa setidaknya 12 penerbangan telah dibatalkan akibat badai ini. Selain itu, sekitar 163 ribu orang dilaporkan telah mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Badai Trami mulai melanda Filipina sejak Selasa (22/10), dengan dampak pertama terjadi di wilayah Bicol, yang terletak di Provinsi Albay, menurut Cedric Daep. Badai ini menyebabkan banjir yang tingginya mencapai atap rumah.
“Kami mendapat curah hujan yang cukup untuk dua bulan hanya dalam 24 jam,” ujar kepala bencana Provinsi Albay Cedric Daep saat dihubungi melalui telepon.
Secara geografis, Filipina terletak di area yang rentan terhadap badai. Negara ini umumnya mengalami sekitar 20 badai setiap tahun.
Badai-badai tersebut sering mengakibatkan tanah longsor, hujan deras, dan angin kencang yang dapat membahayakan masyarakat.