Pintasan.co – Fenomena Hallyu telah meraih popularitas global dan berhasil mengubah citra Korea Selatan sebagai negara dengan kebudayaan yang unik dan menarik.
Pada pertengahan 2000-an, Hallyu mulai meraih kesuksesan di berbagai negara Asia, termasuk Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Pada awal 2010, ekspansi budaya Korea meluas ke Eropa dan Amerika, menjadikan Hallyu fenomena transnasional yang memengaruhi lebih dari separuh negara di dunia.
Keberhasilan Hallyu memberikan dampak signifikan pada ekonomi, politik, sosial, dan budaya Korea Selatan. Konten budaya seperti film, drama Korea (K-Drama), musik (K-Pop), dan mode (K-Fashion) menjadi komoditas utama yang saling mendukung, meningkatkan minat internasional terhadap produk Korea.
Kesuksesan ini didorong oleh peran pemerintah, konglomerat (chaebol), sektor swasta, intelektual, bintang Hallyu, serta media massa dalam menyebarkan budaya Korea ke tingkat global.
Pemerintah Korea Selatan baru-baru ini mengumumkan strategi baru untuk memperkuat kehadiran budaya globalnya dengan memanfaatkan minat dunia terhadap Hallyu.
Menteri Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata, Yu In-chon, memaparkan kebijakan yang mengintegrasikan program pemerintah untuk mendorong pertukaran budaya internasional.
Sebagai bagian dari restrukturisasi, sebuah kantor baru didirikan untuk mempromosikan budaya Korea di luar negeri, menggantikan Layanan Kebudayaan dan Informasi Korea yang telah berjalan lebih dari 50 tahun.
Pusat Kebudayaan Korea akan berkolaborasi dengan Organisasi Pariwisata Korea dan King Sejong Institute untuk menyebarkan budaya Korea.
Festival tahunan “Korea Season” akan diadakan di sekitar 10 negara setiap tahun, sementara festival Hallyu berskala besar “Beyond K-Festival” akan dimulai tahun depan bagi wisatawan internasional.
Pemerintah juga akan menggelar forum internasional untuk mendukung pengembangan kebijakan budaya global.
Selain itu, Korea Selatan terus memperkuat kerja sama budaya dengan negara-negara ASEAN melalui ASEAN-Korea Cooperation Fund (AKCF).
Dana ini menjadi landasan berbagai inisiatif budaya, mulai dari festival musik hingga program inkubator film, yang tidak hanya meningkatkan interaksi budaya, tetapi juga mendukung pariwisata dan ekonomi kreatif di kawasan tersebut.
Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN, Lee Jang-keun, menyampaikan pencapaian ini dalam diskusi “ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif.”
Selain mendukung kolaborasi lintas negara, AKCF juga memperkenalkan budaya Korea melalui acara seperti ASEAN-Korea Music Festival dan program K-Connect. Joannes Ekaprasetya Tandjung, Koordinator ASEAN bidang Intra dan Ekstra Regional di Pusat Kebijakan Strategis Asia Pasifik dan Afrika Kemlu RI, optimis bahwa “Indonesian Wave” memiliki potensi untuk menyaingi popularitas “Korean Wave” dengan strategi dan dukungan yang tepat.
Ia menekankan pentingnya pendidikan formal dalam membentuk seniman profesional, seperti kolaborasi pendidikan antara Indonesia dan Korea yang dilakukan melalui Seoul Institute of the Arts.
Duta Besar Lee juga menambahkan bahwa kolaborasi budaya ini tidak hanya memperkuat hubungan ASEAN dan Korea, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap sektor pariwisata.
Sumber :