Pintasan.co, Jakarta – Hamas, sebuah kelompok milisi Palestina, dilaporkan sempat berusaha membujuk Iran dan milisi Hizbullah Lebanon untuk ikut serta dalam serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.
Menurut laporan The New York Times pada Sabtu (12/10), Hamas telah merencanakan serangan di Israel selatan tersebut selama lebih dari dua tahun. Namun, serangan itu ditunda setahun karena Hamas berupaya meyakinkan Iran dan Hizbullah agar turut bergabung.
“Hamas awalnya berencana melakukan serangan yang diberi nama sandi ‘proyek besar’ pada musim gugur 2022. Namun, kelompok itu menunda pelaksanaan rencana tersebut karena mencoba membujuk Iran dan Hizbullah untuk berpartisipasi,” tulis The New York Times (NYT).
The New York Times memperoleh dokumen rahasia Hamas sepanjang 30 halaman yang diambil oleh militer Israel.
Dokumen tersebut ditemukan pada akhir Januari lalu oleh tentara Israel saat melakukan penggeledahan di pusat komando bawah tanah Hamas di Khan Younis, Gaza selatan.
NYT telah memverifikasi isi dokumen, yang merupakan ringkasan dari 10 pertemuan Hamas, dengan berbagi beberapa bagian kepada anggota dan pakar yang dekat dengan kelompok tersebut.
Salah al-Din al-Awawdeh, anggota Hamas dan mantan pejuang sayap militer Hamas yang kini menjadi analis di Istanbul, mengatakan bahwa ia mengenali beberapa rincian yang terdapat dalam dokumen tersebut.
Seorang analis Palestina yang memahami cara kerja internal Hamas, secara anonim, juga mengonfirmasi beberapa rincian tertentu.
Menurut dokumen tersebut, Hamas menyampaikan kepada Hizbullah bahwa “situasi internal” Israel merupakan momen yang tepat untuk memulai serangan strategis.
Situasi internal yang dimaksud adalah konflik di Israel, di mana banyak warga memprotes Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkait rencananya untuk mengubah sistem peradilan.
Dokumen itu juga mengungkap bahwa Hamas mengirim seorang pejabat senior ke Lebanon pada Juli 2023 untuk bertemu dengan seorang komandan Iran, meminta bantuan dalam menyerang lokasi-lokasi sensitif di awal serangan.
Komandan Iran tersebut dikabarkan mendukung secara prinsip, tetapi membutuhkan lebih banyak waktu untuk persiapan. Namun, dokumen tersebut tidak menjelaskan secara rinci rencana yang diajukan Hamas kepada Iran.
Menurut laporan NYT, Hamas percaya bahwa Iran dan Hizbullah mendukung serangan mereka. Namun, Hamas juga menyimpulkan bahwa sekutu-sekutu tersebut kemungkinan tidak akan sepenuhnya terlibat, sebagian agar Israel tidak mengerahkan sistem pertahanan udara canggihnya sebelum serangan dilakukan.
Dokumen itu juga mencatat bahwa Hamas secara sengaja menghindari konfrontasi besar dengan Israel selama dua tahun terakhir, sejak 2021, untuk memaksimalkan elemen kejutan dalam serangan pada 7 Oktober 2023. Hamas berupaya membuat musuh yakin bahwa mereka di Gaza menginginkan ketenangan.
“Keputusan untuk menyerang juga dipengaruhi oleh keinginan Hamas untuk mengganggu upaya normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi, pengukuhan pendudukan Israel di Tepi Barat, serta upaya Israel memegang kendali atas kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem,” tulis NYT.