Pintasan.co, Wonosobo – Hidupkan pariwisata Wonosobo, pagelaran pentas seni di objek wisata didorong untuk menciptakan daya tarik wisata yang unik.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Agus Wibowo, menyampaikan bahwa pariwisata dan kebudayaan memiliki potensi besar untuk saling memperkuat satu sama lain.

“Atraksi budaya dapat menjadi bagian penting dalam strategi promosi destinasi wisata termasuk di Wonosobo,” ujarnya.

Pemerintah daerah terus memberikan dorongan kepada sanggar-sanggar seni untuk lebih mengembangkan kreativitas mereka, sehingga berbagai acara kesenian di Wonosobo dapat semakin layak untuk dipromosikan ke khalayak yang lebih luas.

Pertunjukan seperti ini dinilai mampu menyuguhkan hiburan yang menarik bagi para wisatawan, sekaligus menjadi sarana pelestarian budaya dan tradisi lokal.

“Tentu saja, ini menjadi bentuk kolaborasi bersama, bahwa kebudayaan bisa menjadi atraksi yang mengisi destinasi wisata. Selain untuk melestarikan seni dan budaya, pementasan ini juga menjadi tontonan yang menarik bagi wisatawan,” jelasnya.

Sebagai langkah lanjutan, Agus mengungkapkan bahwa Pemkab Wonosobo akan mengadakan pelatihan manajemen event yang bersertifikat nasional.

Pelatihan ini ditujukan bagi para pelaku seni dan penyelenggara acara, dengan tujuan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola kegiatan budaya dan pariwisata secara lebih profesional.

“Bulan depan, kami akan menyelenggarakan pelatihan manajemen event dengan sertifikasi tingkat nasional dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP),” ucapnya.

Peserta pelatihan nantinya akan berasal dari berbagai kalangan, termasuk komunitas seni, sanggar, dan penyelenggara acara (event organizer).

Diharapkan melalui program ini, mutu pelaksanaan event di Wonosobo dapat terus berkembang dan mampu bersaing di tingkat nasional.

Sebagai contoh konkret dalam menciptakan daya tarik wisata yang unik, pada Sabtu (24/5/2025), Sanggar Ngesti Laras sukses menampilkan pertunjukan bundengan secara menarik dan inklusif di kawasan wisata Telaga Menjer.

Baca Juga :  Chandrika Chika Jadi Sorotan: Korban Tersungkur dalam Insiden Dugaan Penganiayaan

Mulyani, selaku pendiri Sanggar Tari Ngesti Laras mengatakan, pementasan ini menjadi wujud eksplorasi tari, dimana panggung tak harus mewah, karena seluruh semesta bisa menjadi ruang ekspresi sekalipun di objek wisata.

“Kami ingin memberi warna baru bahwa panggung sejatinya tidak harus mewah dan megah. Seluruh semesta ini adalah panggung. Jadi, eksplorasi ini menekankan bahwa ekspresi bisa hadir di mana saja, termasuk di atas air,” ujar Mulyani.

Mulyani menjelaskan bahwa konsep Sekaring Roso merepresentasikan kebahagiaan yang terus tumbuh dan mekar.

Lewat pementasan ini, ia mengundang semua pihak untuk hadir dengan penuh sukacita, karena pertunjukan tersebut merupakan hasil kerja keras yang telah dirintis sejak tahun 2015.

Ia menekankan bahwa pertunjukan ini tidak sekadar menjadi suguhan seni, melainkan juga wadah refleksi, kolaborasi, serta bentuk dedikasi panjang dalam menjaga kelestarian bundengan, alat musik tradisional yang kini mulai langka.

Mulyani bersama rekan-rekan di sanggarnya terus berupaya memperkenalkan bundengan kepada generasi muda dan memajukan warisan budaya Wonosobo.