Pintasan.co – Secara umum, banyak pihak menilai bahwa program Swasembada Pangan yang diusung Presiden Prabowo merupakan langkah strategis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Program ini dipandang relevan di tengah tantangan ketergantungan terhadap impor dan kebutuhan untuk memperkuat produksi dalam negeri. 

Dukungan terhadap petani dan pemanfaatan lahan tidur seperti gambut dan rawa dianggap sebagai upaya logis dalam memperluas areal tanam. Modernisasi pertanian melalui teknologi dan mekanisasi juga dinilai sebagai cara efektif untuk meningkatkan efisiensi dan hasil produksi.

Pembangunan cadangan pangan dan infrastruktur penyimpanan merupakan aspek penting demi menjaga stabilitas pasokan dan harga. Insentif bagi petani serta pelibatan investor dipandang sebagai bentuk nyata keberpihakan terhadap sektor pertanian. 

Meskipun keterlibatan TNI dalam pelaksanaan program ini menimbulkan perdebatan, secara keseluruhan pendekatan tersebut dinilai strategis untuk memastikan implementasi yang merata, terutama di wilayah terpencil. 

Banyak pihak berharap program ini dapat menjadi prioritas utama pemerintah dalam mencapai kemandirian pangan dalam lima tahun ke depan.

Secara umum, peluncuran program Swasembada Pangan oleh Presiden Prabowo Subianto melalui Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) pada 23 April 2025 di Banyuasin, Sumatera Selatan, dipandang sebagai wujud nyata komitmen pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. 

Banyak kalangan melihat bahwa Gerina menjadi langkah awal yang penting untuk mendorong kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan produksi pangan dalam negeri secara berkelanjutan.

Program ini juga secara luas dianggap mencerminkan pendekatan kolaboratif, karena melibatkan berbagai lapisan masyarakat di seluruh provinsi dengan fokus pada tanaman pangan dan serealia. 

Dukungan terhadap riset dan inovasi di sektor pertanian dinilai sebagai elemen krusial yang dapat memperkuat efektivitas program dalam jangka panjang. 

Pendekatan ini dipandang sebagai upaya sistematis untuk mewujudkan kemandirian pangan melalui partisipasi publik dan pemanfaatan ilmu pengetahuan.

Banyak pihak memandang bahwa upaya pemerintah mengejar swasembada pangan didorong oleh pertimbangan strategis yang luas, mencakup aspek ekonomi, sosial, dan keamanan nasional. 

Baca Juga :  Prabowo Menanyakan Pada Sergei Shoigu: Bagaimana Kabar Sahabat Saya, Putin?

Ketahanan pangan sering kali dianggap sebagai bagian penting dari kedaulatan negara, karena ketergantungan terhadap impor dinilai dapat membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi pasar global dan krisis internasional. 

Dengan memperkuat produksi pangan dalam negeri, pemerintah diyakini mampu menjaga stabilitas harga serta menjamin ketersediaan pangan, terutama dalam situasi darurat atau bencana.

Pandangan umum juga menekankan bahwa swasembada pangan merupakan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak lokal, yang selama ini kerap terdampak oleh tekanan harga akibat impor. 

Optimalisasi sumber daya alam, seperti pemanfaatan lahan dan iklim yang mendukung, dipandang sebagai langkah logis dalam mendorong produksi nasional. 

Selain itu, banyak kalangan menilai bahwa swasembada pangan adalah bentuk respons proaktif terhadap ancaman krisis pangan global serta bagian dari upaya jangka panjang untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju pada 2045.

Swasembada pangan memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Upaya untuk mengurangi ketergantungan pada impor dinilai mampu memperbaiki neraca perdagangan dan menjaga kestabilan devisa negara. 

Dengan memperkuat produksi dalam negeri, pemerintah dianggap dapat mengendalikan harga pangan secara lebih efektif serta mengurangi pengaruh fluktuasi pasar global. 

Selain itu, pengembangan sektor pangan diyakini membawa efek berantai positif terhadap sektor-sektor lain seperti logistik, distribusi, dan industri pendukung.

Pandangan umum juga menyebut bahwa program ini membuka peluang besar dalam penciptaan lapangan kerja, khususnya di sektor pertanian, perikanan, dan peternakan. 

Hal ini dipandang sebagai solusi strategis dalam mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Investasi pada infrastruktur dan teknologi pertanian modern turut dinilai berperan dalam mendorong produktivitas nasional. 

Oleh karena itu, banyak pihak melihat swasembada pangan tidak hanya sebagai instrumen ketahanan pangan, tetapi juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Content Writer Pintasan.co – Umi Hanifah