Pintasan.co, Sulawesi Barat – UPTD Taman Budaya dan Museum Sulawesi Barat menunjukkan dedikasi yang kuat dalam menjaga dan mengembangkan seni serta budaya tradisional Sulawesi Barat. Berbagai kegiatan pelestarian terus dilakukan secara konsisten.
Salah satu kegiatan terbaru adalah Festival Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional yang diadakan oleh UPTD Taman Budaya dan Museum Sulawesi Barat pada 25-27 September di Taman Budaya dan Museum Buttu Cipping, Polewali Mandar (Polman).
Selama tiga hari, festival ini menampilkan beragam pertunjukan budaya tradisional.
Menurut Kepala UPTD Taman Budaya dan Museum Sulawesi Barat, Ikha Lisrayani, festival ini menampilkan sejumlah penampilan seperti Pammacca’ atau Pencak Silat yang diikuti oleh sembilan grup Pencak Silat dari Sulawesi Barat.
Selain itu, ada juga kompetisi permainan rakyat untuk tingkat SMA/SMK/MA, termasuk permainan seperti Ma’jekka (Engrang), Marrija/Mammaling (Hadang), dan Bakiak (Terompa).
“Kami juga menyajikan display permainan rakyat yang mengingatkan kita pada masa lalu, seperti Lompat Tali/Karet, Karacang, Ular Tangga, serta berbagai permainan lainnya,” jelas Ikha, saat dikonfirmasi pada Kamis, 3 Oktober.
Kegiatan ini juga diakhiri dengan Workshop Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional yang menghadirkan narasumber seperti Chairul Umam dari Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI), Akiong B.
Jalaluddin, dosen dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA), yang juga atlet pencak silat berdarah Mandar, serta budayawan Ahmad Asdi dan Tammalele.
Ikha menambahkan bahwa tujuan dari Festival Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional ini adalah untuk melestarikan permainan rakyat dan olahraga tradisional Sulawesi Barat sebagai aset budaya daerah, agar tidak tergerus oleh modernisasi teknologi.
Ia mengakui bahwa anak-anak zaman sekarang hampir tidak lagi mengenal permainan tradisional, karena lebih sering menggunakan gadget dan bermain game online.
“Padahal, melalui permainan rakyat dan olahraga tradisional, banyak manfaat yang bisa diperoleh,” ujar Ikha.
“Selain memberikan kesenangan, permainan ini juga mampu meningkatkan kecerdasan, membangun kerja sama yang baik, meningkatkan kebugaran tubuh, dan membantu pembentukan karakter anak. Karena itu, penting untuk memperkenalkan dan mengajarkannya di sekolah,” tambahnya.
Acara ini dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Barat, Mithhar, yang menyampaikan apresiasi kepada UPTD Taman Budaya dan Museum Sulawesi Barat atas konsistensinya dalam mengadakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan budaya daerah.
“Festival ini merupakan langkah penting untuk menjaga dan mewariskan budaya leluhur kepada generasi muda agar tidak hilang,” ungkap Mithhar.
Festival ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat, seperti kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII Sulbar-Sulteng, pimpinan perguruan tinggi di Sulawesi Barat, kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Polman, kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Majene, kepala UPTD SMA/SMK se Sulawesi Barat, serta para seniman, budayawan, dan komunitas seni budaya.
“Harapannya, kegiatan ini bisa terus dilaksanakan pada tahun-tahun mendatang, melihat antusiasme yang besar dari anak-anak dan pengunjung yang terlibat. Ini juga menjadi kesempatan bernostalgia dengan permainan masa lalu melalui display yang bisa dimainkan di Taman Budaya,” pungkas Mithhar.