Pintasan.co, Jakarta – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan bahwa Inggris masih enggan mengembalikan benda-benda bersejarah Indonesia yang saat ini berada di negara di bawah pimpinan Raja Charles III.
Fadli juga menyebutkan bahwa banyak artefak peninggalan masa sebelum kemerdekaan Indonesia yang disimpan di Inggris.
“Yang terbanyak itu Belanda dan Inggris. Nah Belanda sudah ada MoU [nota kesepahaman] untuk proses pengembalian itu. Tapi Inggris sampai sekarang tak mau mengembalikan. Padahal termasuk yang paling banyak,” kata Fadli dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR, Rabu (6/11).
Fadli kemudian mengingatkan peristiwa Geger Sepoy/Sepehi, yaitu serangan pasukan Inggris ke Kraton Yogyakarta pada 19-20 Juni 1812. Saat itu, pasukan yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles melakukan perampokan terhadap Keraton Yogyakarta.
Fadli menyatakan bahwa Raffles membawa banyak barang dari Keraton Yogyakarta, yang dimuat dalam empat kapal, dan barang-barang tersebut hingga kini masih disimpan di Inggris.
“Sampai empat kapal. Dua kapal tenggelam. Selebihnya ada di British Museum dan di British Library, termasuk ratusan manuskrip yang sampai sekarang tentu saja belum ada kembali,” kata Fadli.
Menanggapi hal tersebut, Fadli menyatakan bahwa Kementerian Kebudayaan memiliki program untuk mengembalikan benda-benda bersejarah atau cagar budaya yang ada di luar negeri ke Indonesia.
Ia menambahkan bahwa upaya repatriasi ini telah dilakukan selama puluhan tahun, bahkan sejak Indonesia merdeka.
“Dan terus di dalam proses itu kita menerima benda-benda bersejarah yang dulu diambil oleh kolonial. Baik Belanda, Inggris, Prancis pernah menjajah kita ya, Jepang dan lain-lain,” kata politikus Gerindra itu.