Pintasan.co, Yogyakarta – Dosen Teknik Mesin UGM, Jayan Sentanuhady menyebut kecelakaan truk bermuatan yang mengalami rem blong bisa terjadi karena kelebihan muatan.

Beban yang melebihi kapasitas membuat sistem pengereman tidak bekerja secara optimal. Selain itu, truk dengan dimensi yang melampaui batas standar cenderung tidak stabil saat dikendarai.

“Misalnya seharusnya 70 meter bisa berhenti, tetapi karena kelebihan muatan pengeraman tidak efektif, 100 atau 200 meter baru bisa berhenti. Kalau truk yang over dimensi membuat kendaraan tidak stabil,” katanya, Jumat (09/05/2025).

Ia menegaskan bahwa truk dengan kelebihan dimensi dan muatan (ODOL) perlu segera ditertibkan, karena kecelakaan yang melibatkan truk jenis ini umumnya berdampak merugikan pihak lain.

“Misalnya truk menabrak 21 kendaraan, itu kan yang rugi orang lain. Seperti yang terjadi di Purworejo itu kan merugikan orang lain. Mestinya memang harus ditindak, kan aturannya sudah ada, tinggal eksekusinya aja,” sambungnya. 

Ia menilai pemerintah kurang tegas dalam menerapkan aturan yang ada, sehingga sampai saat ini truk ODOL masih banyak ditemui. 

“Kalau truk over dimensi, bus ugal-ugalan itu kan terlihat ya, nampak gitu lho, tetapi didiamkan saja. Pemerintah ini kurang tegas, kasih sanksi dan denda yang besar, supaya tidak merugikan orang lain,” lanjutnya. 

Salah satu alasan muatan berlebih adalah efisiensi tarif distribusi. Dengan menambahkan beban muatan, namun biaya pengantaran tetap. 

Di sisi lain, rem blong yang kerap terjadi pada truk bermuatan umumnya disebabkan oleh kurangnya perawatan kendaraan. Padahal, tanggung jawab perawatan sepenuhnya berada di tangan pemilik kendaraan.

Meskipun truk secara rutin menjalani uji KIR atau uji kelayakan, hal itu tidak otomatis menjamin bahwa kendaraan mematuhi ketentuan terkait dimensi dan muatan.

“Uji KIR itu kan hanya untuk melihat pengeremannya sesuai standar atau tidak. Tetapi kalau sudah di jalan, kan nggak tahu juga (kelebihan muatan). Padahal kalau kelebihan muatan, efektivitas pengeremannya nggak bagus,” ujarnya. 

Baca Juga :  Literasi Keuangan di Sulsel Belum Seimbang dengan Penggunaan Produk Keuangan