Pintasan.co, Jakarta – Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) menggelar malam puncak perayaan Dies Natalis ke-78 di Ballroom Oria Hotel, Menteng, Jakarta Pusat.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai perwakilan kementerian/lembaga, organisasi kemasyarakatan, OKP Cipayung Plus, internal PMKRI, hierarki Gereja, serta para senior dan alumni PMKRI.
Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI periode 2024–2026, Saudari Susana Marianti Florika Kandaimu, dalam pidato kebangsaannya menyampaikan:
“Hari ini, kita berdiri tegak dalam momentum bersejarah menyambut ulang tahun ke-78 Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia – Sanctus Thomas Aquinas. Usia ini bukan sekadar angka, tetapi bukti bahwa PMKRI telah tumbuh menjadi institusi moral dan intelektual yang mewarisi cita-cita luhur perjuangan bangsa. Sejak berdiri pada 25 Mei 1947, PMKRI menjadi bagian dari denyut nadi perjuangan nasional, lahir dari rahim Republik, dibesarkan oleh semangat kemerdekaan, dan ditempa dalam pergulatan ideologi, identitas, serta keadilan.”
Susana menegaskan bahwa PMKRI tidak hanya menjadi saksi zaman, tetapi juga penggerak zaman.
Ia mengajak seluruh kader untuk terus memperkuat peran PMKRI sebagai motor perubahan sosial yang melahirkan solusi konkret atas tantangan bangsa dan Gereja.
Mengusung tema “Memperkokoh Semangat Kebangsaan Menuju Indonesia Berdaulat”, Dies Natalis ke-78 PMKRI menjadi panggilan sejarah untuk hadir secara utuh dalam pembangunan bangsa yang adil, berkelanjutan, dan bermartabat.
Susana menyinggung tantangan bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030.
Ia menyebut bahwa 64% penduduk Indonesia kini berada dalam usia produktif, sebuah potensi besar yang harus dikelola dengan baik melalui pendidikan, kesempatan kerja, dan akses terhadap teknologi.
Ia juga menyoroti pentingnya pemberdayaan ekonomi rakyat dan kemandirian kader PMKRI sebagai pelaku ekonomi kerakyatan agar keluar dari jebakan konsumtif menuju ekonomi berbasis solidaritas dan keberlanjutan.
Dalam pidatonya, Susana turut menyinggung isu masyarakat adat yang masih mengalami ketidakadilan.
Mengutip data dari AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), pada tahun 2024 terjadi 121 kasus kriminalisasi dan perampasan wilayah adat yang melibatkan 140 komunitas, dengan total luas wilayah yang dirampas mencapai 2,8 juta hektar.
Terkait konflik di Tanah Papua, ia menegaskan bahwa:
“Konflik Papua bukan hanya soal senjata dan separatisme, tetapi juga soal ketidakadilan struktural, pengabaian identitas kultural, dan eksploitasi ekonomi yang berkepanjangan. PMKRI berpihak pada perdamaian yang bermartabat, berpihak pada rakyat kecil yang menjadi korban, dan berpihak pada masa depan Tanah Papua yang damai, sejahtera, dan setara dalam bingkai NKRI.”
Susana mendorong agar kebijakan yang menyangkut Papua dilandasi pendekatan yang humanis, rekonsiliatif, dan berbasis Hak Asasi Manusia.
Sementara itu, Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, yang turut hadir dalam perayaan tersebut, mengajak PMKRI untuk menjadi agen penanam nilai-nilai cinta kasih serta memperkuat kerukunan antarumat beragama.
Dalam sambutannya, Menag menyatakan:
“PMKRI menyandang nama agama di dalamnya. Agama adalah rem yang membatasi keinginan agar tidak melampaui batas, sekaligus kompas yang mengarahkan kita menuju keselamatan.”
Menag memperkenalkan Program Kurikulum Cinta yang tengah dijalankan Kemenag.
Program ini bertujuan menanamkan nilai kasih sayang antarmanusia dan menjauhkan agama dari ajaran kebencian.
Ia juga memaparkan Trilogi Kerukunan yang terdiri dari:
- Kerukunan antarumat beragama,
- Kerukunan antara manusia dan alam,
- Kerukunan antara manusia dan Tuhan.
“Jika salah satu terganggu, maka harmoni kehidupan ikut terganggu,” ujarnya.
Menag mengajak PMKRI untuk turut menjadi bagian dari gerakan kolaboratif dalam mendekatkan umat kepada ajaran agama secara mendalam dan bijaksana.
Ia menegaskan bahwa pemahaman agama yang dangkal dapat melahirkan intoleransi dan perpecahan.
“Semakin kita dekat dengan kitab suci, semakin bijak dan lapang dada. Sebaliknya, kedangkalan pemahaman akan melahirkan sikap keras dan intoleran.”
Di akhir sambutannya, Menag mengajak seluruh hadirin untuk “meluruskan pikiran dan melembutkan hati” dalam kehidupan berbangsa dan beragama.
Kegiatan Dies Natalis PMKRI ke-78 berlangsung lancar dan penuh makna. Marianus Rahanau selaku Ketua Steering Committee mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan menyukseskan acara ini.