Pintasan.co, Jakarta – Program bantuan kemanusiaan yang dijalankan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Gaza tetap menghadapi hambatan besar, meskipun penangguhan terhadap skema distribusi bantuan baru yang didukung Israel telah memasuki hari kedua, demikian laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Kamis (5/6).

OCHA melaporkan bahwa meskipun bantuan masih masuk melalui perlintasan Kerem Shalom dari sisi Israel, hanya sebagian kecil yang berhasil dikirim ke wilayah Gaza. Jalur ini adalah satu-satunya titik masuk bantuan yang diizinkan oleh otoritas Israel saat ini.

“Hari ini hanya sekitar 20 truk yang membawa bantuan—sebagian besar makanan dan beberapa pasokan medis—yang melintasi ke sisi Israel,” ujar OCHA, seraya menambahkan bahwa jumlah itu sangat dibatasi oleh Israel. Belum diketahui berapa truk yang benar-benar berhasil menyalurkan bantuan ke Gaza.

Sementara itu, organisasi baru bernama Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang dipimpin oleh Amerika Serikat, mendistribusikan bantuan melalui pusat-pusat yang dimiliterisasi dan letaknya sering kali jauh dari warga sipil.

Pendekatan ini berbeda dengan metode distribusi berbasis komunitas yang selama ini digunakan PBB dan dinilai lebih efektif serta aman.

PBB menyoroti bahwa sistem yang mereka kelola dirancang untuk mencegah kerumunan besar dan risiko korban jiwa.

Beberapa hari lalu, dilaporkan ada warga Palestina yang tewas saat berusaha mengakses bantuan di titik distribusi yang dikendalikan secara militer.

OCHA juga mengungkapkan bahwa setelah lebih dari 80 hari blokade total terhadap pengiriman bantuan, masyarakat Gaza menghadapi kelaparan parah.

Otoritas Israel juga terus menghalangi misi kemanusiaan—dari 16 upaya koordinasi pada Rabu (4/6), hanya lima yang berhasil, sementara sisanya ditolak atau dibatalkan karena kendala keamanan dan logistik.

Baca Juga :  Indonesia Menyalurkan Bantuan Rp15 Miliar untuk Palestina

Lebih lanjut, OCHA menyebut bahwa lebih dari 90 persen keluarga di Gaza tidak lagi memiliki uang untuk membeli makanan yang tersisa di pasar.

Daging, susu, buah-buahan, dan sayuran hampir tidak tersedia, dan telur kembali menghilang dari pasaran.

Jumlah bantuan yang diterima juga menurun drastis. Dalam laporan minggu ini, hanya sekitar 250.000 porsi makanan yang dibagikan setiap hari oleh 14 organisasi mitra, turun drastis dari 1 juta porsi pada akhir April.

Setengah dari dapur umum di Gaza kini berhenti beroperasi karena kekurangan bahan atau perintah evakuasi.

Otoritas Israel juga kembali mengeluarkan perintah pengungsian untuk 54 wilayah permukiman di Gaza Utara, Gaza Tengah, dan Deir el-Balah.

Ini adalah perintah kedua untuk wilayah yang sama dan mencerminkan intensitas eskalasi sejak Maret. Lebih dari 640.000 warga—hampir sepertiga populasi Gaza—telah terpaksa mengungsi kembali akibat konflik.

Di sisi lain, fasilitas kesehatan terus menjadi target serangan. OCHA kembali menekankan bahwa warga sipil dan infrastruktur vital, termasuk rumah sakit dan fasilitas pendidikan, harus dilindungi.

Di bidang pendidikan, lebih dari 200.000 siswa dan 5.000 guru tidak dapat bersekolah karena situasi yang tidak aman dan minimnya pendanaan.

OCHA menutup laporannya dengan seruan untuk membuka semua perlintasan bantuan, mengizinkan masuknya bahan bakar, suku cadang, dan air bersih demi menghindari bencana kemanusiaan yang lebih parah.