Pintasan.co, Jakarta – Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, menegaskan pada Kamis (26/6) bahwa saat ini tidak ada komitmen atau kesepakatan untuk melanjutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat, meskipun ketegangan semakin memuncak akibat serangan militer oleh AS dan Israel di wilayah Iran.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi pemerintah IRIB, Araghchi menyampaikan bahwa kemungkinan membuka kembali jalur diplomasi tetap terbuka, namun akan sepenuhnya bergantung pada apakah kepentingan nasional Iran dapat dijamin.

Ia menekankan bahwa belum ada diskusi resmi atau janji apa pun terkait negosiasi lebih lanjut.

Araghchi juga menuding AS telah mengingkari komitmen dalam pembicaraan sebelumnya mengenai kebangkitan kembali perjanjian nuklir 2015 dan penghapusan sanksi.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa undang-undang baru yang mengatur penghentian kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) kini telah berlaku secara hukum setelah disahkan oleh parlemen dan Dewan Wali Iran.

Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, Iran akan mengubah bentuk kerja samanya dengan lembaga pengawas nuklir PBB tersebut.

Ia juga mengungkapkan bahwa konflik selama 12 hari dengan Israel menyebabkan kerusakan signifikan. Para ahli dari Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) saat ini tengah menilai dampak serangan tersebut, dan isu ganti rugi menjadi salah satu prioritas pemerintah.

Konflik dimulai pada 13 Juni, ketika Israel melakukan serangan udara ke berbagai lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir, yang menewaskan sejumlah pejabat senior, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.

Insiden ini terjadi hanya beberapa hari sebelum Iran dan AS dijadwalkan melanjutkan negosiasi tidak langsung di Muscat, Oman, pada 15 Juni.

Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan rudal dan drone ke wilayah Israel yang menimbulkan korban dan kerusakan.

Baca Juga :  AS Tarik Diri dari JETP, Batalkan Dukungan Energi Bersih

Ketegangan semakin meningkat ketika pada 21 Juni, AS menyerang tiga fasilitas nuklir utama Iran. Iran kemudian membalas dengan menyerang Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar pada 23 Juni.

Konflik tersebut akhirnya mereda setelah tercapainya gencatan senjata antara Iran dan Israel pada Selasa (24/6).