Pintasan.co, Sulawesi Selatan – Merial Institute, bekerja sama dengan Ngariksa dan Makassar Heritage Society, meluncurkan perjalanan budaya yang memukau untuk menggali manuskrip Al-Quran sebagai jejak berharga dari peradaban Islam di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Jumat (13/9/2024).
Dengan tema “Merajut Masa Silam Untuk Masa Kini dan Masa Depan,” acara ini akan menjelajahi sejumlah daerah penting, termasuk Makassar, Barru, Pare-pare, Pinrang, Wajo, Bone, Gowa, dan Takalar.
Arief Rosyid, pendiri Merial Institute, menegaskan betapa pentingnya memahami sejarah bagi generasi sekarang. Menurutnya, memori kolektif dari masa lalu sangat vital untuk membangun masa kini dan masa depan yang lebih baik.
“Kita bisa menemukan banyak hikmah dan kebijaksanaan dari masa lalu yang bisa menjadi modal berharga dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan,” ujarnya dalam pernyataan tertulis pada Sabtu (14/9/2024).
Baca Juga : Umi Rayakan Maudu Lompoa dengan Meriah: Dekorasi Kaddo Minyak, Lomba Kreatif, Dan Tausiyah Penuh Hikmah
Gurutta Helmi Ali Yafie menambahkan bahwa tujuan dari perjalanan ini adalah untuk mengeksplorasi dan mempelajari pengetahuan Islam yang bisa menyeimbangkan kemajuan zaman saat ini. “Keilmuan dari masa lalu diharapkan dapat menjadi referensi berharga untuk belajar di masa kini dan masa depan,” ungkapnya.
Prof Oman Fathurrahman, pengampu Ngariksa, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan undangan dari Muhammad Arief Rosyid Hasan dan Helmi Ali Yafie untuk mengunjungi kediaman Helmi di Jampua, Pinrang.
“Mas Arief berkabar, ada manuskrip mushaf al-Quran warisan keluarga yang diduga kuat sebagai tulisan dan warisan Syekh Zainal Abidin, seorang ulama setempat. Namun, Mushaf ini tidak boleh dibawa keluar, bahkan dibuka pun hanya jika ada izin keluarga,” jelasnya.
“Jangan sekali-kali mengeluarkan barang itu dari rumah,” pesan Mas Helmi, mengutip nasihat dari ahli waris mushaf. Prof Oman menyatakan kegembiraannya mendengar semangat Arief dan tim muda dari Merial Institute yang antusias dalam penjelajahan naskah ini. Ditambah kehadiran Husnul Al Makazzary, ahli naskah Bugis dari Makassar Heritage Institute, semakin memperkaya perjalanan ini.
Setibanya di lokasi, tim langsung mengunjungi makam Gurutta Ambo Dalle di Mangkoso sebelum melanjutkan perjalanan ke Jampua, Pinrang. Mereka sangat terkejut saat menemukan tidak hanya satu mushaf, tetapi juga puluhan manuskrip berharga di rumah Qadi Pinrang, mencakup teks dari abad ke-17 hingga arsip awal abad ke-20, termasuk karya Syekh Yusuf Makassar.
“Meskipun mushaf masih dalam kondisi baik, manuskrip lainnya sangat rapuh dan memerlukan konservasi serta digitalisasi segera agar isinya dapat dipelajari lebih lanjut,” tambahnya.
Sebelum beristirahat, tim meluangkan waktu untuk mengunjungi IAIN Parepare, di mana mereka bertemu dengan Rektor Prof Hamani dan sejumlah dosen. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan ke Sengkang, terus mendalami naskah, dan menjaga warisan sejarah nusantara yang berharga.